* Â * Â *
Mereka berdua sudah dalam perjalanan menuju suatu tempat yang diyakini Anan bisa memecahkan kebekuan permasalahan Pepep. Mengendarai motor butut Anan, mereka membelah jalanan. Suara knalpot yang sebetulnya lebih mirip suara mesin perahu terdengar memekakkan telinga.
Terlebih kalau mereka terhalang lampu merah. Tatapan sinis pengendara lain mau tak mau mereka dapatkan. Sayang sekali negara ini belum ada undang-undang yang bisa memenjarakan penggunaan knalpot berisik. Hehe.
"Mau kemana kita, Nan?"
"Lu diem aja, yang penting lu bawa duit, kan?"
"Duit sih ada, tapi buat apa?"
"Buat beli bulu!"
Pepep bengong. "Hah? Beli bulu?"
Tak lama kemudian motor Anan menepi. Mereka sudah sampai di sebuah toko kecil di sudut pasar. Pepep membaca papan nama toko dalam hati. "Toko Manteb Oil."
Pepep mengingat-ingat pelajaran bahasa inggrisnya. Seingat Pepep, Oil itu artinya minyak. "Woi, Nan, bensin lu abis? Kok, beli di sini?"
Anan mengurut dada. "OMG! Pepep...Pepep... hayo cepet turun."