"Mirip kaki monyet, ya," celetuk Pepep.
"Eh jangan salah, ini kakinya lelaki, Pep," sanggah Anan. "Eh tunggu, kok dari tadi ngobrolin bulu mulu, what's up brodah?" tanya Anan sok perhatian.
"Anu, kayaknya Rasti suka cowok yang berbulu deh."
"Buahahahahahaha," Anan tertawa keras sekali.
"Mau nyicip jitakan maut gue lagi? Mau? Mau?"
Tawa Anan berhenti.
"Bantuin gue dong Nan! Jangan ngaku sobat gue kalo lu gak bisa bantu."
Anan diam, otaknya berpikir lebih kencang, seperti genderang mau perang. "Aha, gue ada ide. Pep, bener lu mau ngerubah kaki meja lu menjadi kaki monyet?" Anan bertanya memastikan.
Pepep diam, sebetulnya dia geli dan jengah juga punya banyak bulu. Tapi demi mendapatkan yayang Rasti incarannya, Pepep berusaha rela. Ia ikhlas menerima saran apapun yang dilontarkan sobatnya.
"Oke, nanti siang lu ke rumah gue. Gue ajak lu ke tempat yang bisa ngabulin impian lu."
Pepep tersenyum. Senyumnya maniiiisss sekali. Sayangnya senyum itu tidak bisa mengurangi taraf wajahnya yang mengenaskan. Nasip...nasip.