"Alhamdulillah.. kamu bangun juga."Ucap kakak, yang sejak tadi disampingku.
"Mana bapak, kak? Aku harus ketemu bapak." Ucapku, sambil berusaha bangkit. Tapi ercuma, tubuhku masih lemah.
"Bapak sudah tiada, dek." Jawabnya.
"Tidak mungkin!" Ujarku, "Bapak masih hidup, kak."
Demi mendengar itu, air mata kakak mengalir sendirinya, lalu memelukku.
"Ini.. surat dari bapak. Bibi menitipkannya sebelum pergi." Perlahan dia lepas pelukan, lalu menjulurkan sepucuk surat.
Dengan gemetar, kubaca surat itu.
Nak..
Ketika akan membaca ini, berarti bapak tak lagi bersamamu.
Nak..
Maafkan bapak. Jika selama ini bapak jarang sekali berbincang denganmu. Apalagi menanyakan kabarmu.
Bapak akui, nak. Bapak selalu marah, membentak, lari dari masalah bahkan selalu bersikap keras kepada kalian. Terlebih kepada ibukmu.
Bapak hanya ingin kamu tahu, kalau bapak sebenarnya sayang kepada kalian. Hanya saja, bapak tidak tahu harus bagaimana.