"ATI...!!!" teriaknya. "Air minum, Ti!"
Nama lengkap Arni memang Arniati binti Sami'un. Tapi ia lebih suka, karena lebih keren, dipanggil "Arni".
Namun Bu Jarot, yang sangat sadar hierarki sosial, tetap memanggilnya "Ati". Biar lebih terasa feel-nya, katanya. Feel sebagai pembantu, maksudnya.
Arni yang belum kelar mengelap termos tergopoh-gopoh menghampiri majikannya yang satu ini.
Bukannya senang, Bu Jarot malah senewen. "Segelas aja, Ti! Ga setermos!"
Arni kaget. Ia baru sadar ia masih memegang termos yang sedang dilapnya. Ia cengengesan. "Iya ya, Bu,hehe..."
"Pake ketawa lagi!" sembur Bu Jarot. "Nyindir ya? Mentang-mentang aku gembrot, kamu kira aku minum kayak gajah?!"
Arni langsung mingkem, manyun. Sengsara bener jadi fakir missed call, ia membatin. Masih mending jadi fakir miskin, dipiara negara.
Bagian hatinya yang lain bersuara,"Tapi kalo fakir missed call kayak gue kan disayang Kang Undang..."
Terbersit lintasan nama salah satu target calon pacarnya itu, Arni jadi ceria. Senyumnya terkembang. Rentetan omelan yang diluncurkan Bu Jarot serasa nyanyian burung-burung di taman bunga.
Pada scene tersebut, dalam slow motion, Bu Jarot terus nyerocos sambil menuding-nuding Arni sementara Arni tertunduk tersenyum tersipu-sipu. Dalam khayalannya, ia sedang mendengarkan rayuan mesra Kang Undang.