"Enak..."
Kang Undang nyengir. "Nikah mah emang enak atuh, Neng. Neng mau kan?"
Arni menatap Kang Undang. "Tapi krimnya tambah ya!"
"Kok pake krim, Neng? Kan Neng masih perawan?"
Giliran Arni yang bengong. Ia ternganga dengan krim belepotan di bibir.
"Neng udah gak perawan?" tanya Kang Undang hati-hati. "Mm...maap.."
Kang Undang tampak kecewa. Ia meneguk capuccino-nya sekali tandas.
Arni bingung. "Kang, apa hubungannya krim sama perawan? Kan Neng cuma mau tambah krim lagi?" kata Arni sambil memperlihatkan gelasnya.
Kang Undang melongo. Ada senyum lega sekaligus mangkel di wajahnya. Ternyata sedari tadi Arni hanya sibuk dengan ice blended-nya.
Tapi, dasar orang sabar, Kang Undang masih setia menemani dan mentraktir Arni selama berbulan-bulan setelah itu. Hanya dua setengah bulan belakangan tiada kabar darinya baik SMS, Whatsapp atau telepon.Â
Padahal Arni sudah menabung berbulan-bulan uang gajinya untuk membeli mas kawin. Ia ingin berlian sebagai mas kawinnya. Dan ia tak ingin merepotkan Kang Undang yang sudah sangat baik kepadanya.