Jika pun tidak mendongkrak elektabilitas di pilkada atau pilpres mendatang, sebagaimana bandwagon effect, sosok pak kyai minimal dapat dijadikan "cantelan" pada lingkaran kekuasaan, setelah pendekatan AHY pada Jokowi pasca-pilpres 2019 terkendala "trauma masa lalu" antara SBY dan Megawati yang juga bos partainya Jokowi. Dan fenomena Siti Nur Azizah dapat dibaca sebagai anak tangga pertama menuju tujuan tersebut.
Toh, Bung Karno pernah berkata, "Bercita-citalah setinggi langit; jika pun engkau gagal, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."
Alhasil, apakah itu strategi atau terkooptasi?
Pertanyaan itu menjadi tidak relevan lagi, karena tampaknya AHY dan Partai Demokrat cukup "menikmati" kedua opsi tersebut. Kendati mungkin agak mengesampingkan ekspektasi publik atau konstituen yang cenderung menginginkan Partai Demokrat di era AHY lebih tegas bersikap, tidak seperti Partai Demokrat di era SBY yang cenderung "abu-abu".
Dan dalam rangka mengendalikan panser Partai Demokrat menjelajahi hutan rimba perpolitikan nasional, sang mayor AHY dituntut lebih cergas dan inovatif dalam hal-hal yang bersifat major matters.Â
Tidak sekadar menjalani tugas keseharian eksekutif kepartaian yang cenderung bersifat general matters, karena ia toh bukanlah pensiunan jenderal seperti ayahnya, SBY, yang relatif lebih berhati-hati.
Jakarta, 30 April 2020
Baca Juga:Â Saat Napi Asimilasi Berulah Lagi, Apa Kata Yasonna Laoly?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H