Mohon tunggu...
Nur Mutimmatin Nimah
Nur Mutimmatin Nimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Remaja berkepribadian ganda, yang suka dengan hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perbedaan Bukan Maut, Perbedaan adalah Rahmat

2 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   18:06 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
( Foto Tangan yang saling menggenggam erat melambangkan persatuan dalam perbedaan (Sumber: Wildan Imaduddin https://bincangsyariah.com))

"Tadi, ketika perjalanan menuju ke rumahmu, aku melihat orang-orang yang menangis tersedu sambil bernyanyi di depan Gereja. Kira-kira apa ya yang mereka lantunkan? " aku bertanya. 

"Ohh, itu adalah cara ibadah kami umat Kristen. Berbeda dengan agama Islam, ibadah kami hanya dilakukan setiap Minggu. Nyanyian yang mereka lantunkan berisi doa-doa, kami beribadah dengan khusyu' mengharap berkat dari Tuhan" Rensi menjelaskan dengan rinci tentang cara beribadah di agamanya. 

"Begitu, pasti mereka sangat khidmat sampai banyak yang menangis," jawabku.

"Iya, karena mereka sangat khusyu' sekali dalam beribadah. Ya sudah, ayo kita makan dulu, habis ini kita main" sahut Rensi sambil menuangkan air untukku. 

Kami pun menghabiskan makanan, kemudian bermain bersama. Setelah satu jam bermain, aku pamit pulang. 

Sepulang dari rumah Rensi, aku bercerita kepada Ibuku tentang hal yang aku dengar dan lihat langsung ketika pergi ke rumah Rensi. Aku menceritakan kepada Ibu tentang cara ibadah umat Kristen seperti yang diceritakan Rensi kepadaku. 

"Memang, cara ibadah setiap agama pasti berbeda-beda. Mereka punya cara masing-masing untuk beribadah, tapi semua tujuannya sama. Untuk beribadah kepada Tuhan mereka, melaksanakan perintah, dan menjauhi semua larangan-larangan dalam agama masing-masing. "

Ketika bulan Desember mendekati, suasana Natal mulai terlihat di desa tempat tinggal ku. Rumah-rumah dihiasi dengan lampu-lampu berwarna, pohon Natal menjulang indah di berbagai sudut, dan ornamen-ornamen khas Natal menghiasi pemandangan di sekitar rumahku. 

Aku mengapresiasi momen ini, meskipun aku tidak merayakan Natal. Bagiku, momen ini adalah kesempatan untuk memahami dan belajar tentang budaya serta tradisi yang ada pada agama lain. 

Suatu hari, Rensi mengundangku ke rumahnya untuk membantu menghias pohon Natal. 

"Tin, besok di rumah beta ada acara natalan. Nanti ikut beta, ya bantu menghias pohon natal, dirumah beta belum pernah kan? " ajak Rensi padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun