"Nah, besok jadi ya kita main bareng. Jam 9 beta tunggu di rumah, jangan terlalu pagi. Beta dan keluarga besok sembayang ke Gereja," Rensi berkata dengan sangat senang.Â
"Baiklah, ya sudah aku pulang dulu ya," aku pun pamit sambil melambaikan tangan.Â
"Iya, dadah, hati-hati," jawab Rensi sambil melambaikan tangan pula.Â
Aku pulang dengan hati riang gembira sambil bernyanyi, karena bertemu dengan teman-teman baru yang baik.Keesokan paginya kebetulan adalah hari Minggu. Aku ingat bahwa aku sudah ada janji dengan Rensi untuk bermain di rumahnya.Â
Aku pun meminta izin kepada Ibuku untuk pergi bermain ke rumah Rensi.
"Nek main ojo nakal ya, ga oleh sembarangan pegang barang-barang teman e," pesan Ibuku dalam bahasa Jawa.Â
"Engge Bu," jawabku.Â
Aku pun bergegas menuju rumah Rensi. Di tengah perjalanan, aku melihat dari depan gereja. Terlihat banyak orang sedang bernyanyi sambil mengepalkan tangan mereka.Â
Aku sedikit penasaran tentang apa yang mereka lantunkan sampai membuat mereka menangis tersedu-sedu.Â
"Rensi" aku memanggil Rensi dari depan gerbang besar di rumahnya.Â
Tak lama, ada seorang wanita yang keluar dari rumah besar itu yang menghampiriku.Â