Setelah hampir dua jam mencari, ayah melihat serumpun bulu tajam.
"Caca?" panggil ayah mendekat.
Caca menyembunyikan tubuhnya di balik pohon. Ia mengintip dengan melongokkan sebagian kepalanya.
Caca senang melihat ayahnya, tetapi rasa takut menghampiri saat melihat para bapak kelinci yang lain.
"Ke marilah, Nak. Kami sudah tahu kalau kau bukan landak. Maafkan kami," kata ketua rombongan kelinci yang tadi beramai-ramai mengusir Caca.
Caca senang bukan kepalang. Ia lantas melompat-lompat hendak memeluk sang ayah.Â
"Aw, Caca! Tubuhmu seperti duri yang keras, hampir saja menusuk kulit ayah," kata ayah menghindar.
Caca segera menghentikan lompatannya.
"Maafkan aku, Ayah," ujarnya dengan wajah sedih.
"Tapi, kau tadi sudah pandai melompat!" seru ayah gembira.
"Ya, Ayah, di hutan ini tidak ada makanan. Aku jadi lebih kurus sekarang dan bisa melompat," sahut Caca ikut senang.