"Sebentar lagi gelap. Malam hampir tiba. Hutan pasti menjadi gelap gulita," sesal Caca sambil terus memanggil-manggil ayah, ibu, dan adiknya.Â
Ia baru sadar dan menyesali kebiasaannya selama ini.
"Aku menyesal tidak mendengarkan ucapan ibu," ujar Caca sambil terisak-isak sesenggukan.
Sementara itu, di dalam rumah keluarga Cici, semua pun tengah menangis bersama. Akhirnya ayah memutuskan untuk menjelaskan apa yang terjadi selama ini. Kalau Caca sangat malas dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Juga jarang mandi sehingga tubuhnya jadi jelek seperti landak.
Setelah diberitahu baik-baik, para tetangga kampung pun memahami dan mau memaafkan Caca. Akhirnya mereka kembali bersama-sama ke hutan untuk mencari Caca.
"Caca! Di mana kamu? Keluarlah! Kami sudah tahu kalau kamu bukan landak!" teriak para tetangga kampung.
Tubuh Caca kelinci bukan lagi putih tetapi hitam. Itu sebabnya sangat sulit dicari karena saru dengan warna batang-batang pohon.
Mereka terus berteriak memanggil-manggil. Tapi rupanya Caca sudah jauh tersesat di dalam hutan. Ayah tidak menyerah. Ia terus mencari meskipun para tetangga sudah menyerah dan berniat pulang.
"Caca! Kamu di mana?" teriak ayah kelinci.
Tak lupa ayah berdoa.
"Ya Tuhan, selamatkan anakku Caca. Semoga kami segera menemukannya," pinta ayah sambil menengadahkan tangan ke langit.