Namun, mereka tidak percaya.Â
"Sudah jelas itu makhluk aneh. Landak yang suka menusuk kita dengan kulitnya yang tajam," sahut mereka menuduh macam-macam.
"Tolonglah jangan mengusirnya. Dia Caca anak kami. Apa kalian tidak ingat kalau kami punya anak kembar?" tanya ibu memohon.
"Tidak, kami tidak ingat." Para tetangga saling berpandangan.
Caca tidak pernah mau bermain dengan orang lain. Itu sebabnya para tetangga lupa padanya.
"Kalau begitu suruh ia melompat. Kalau dia kelinci pasti bisa," teriak para bapak kelinci menantang Caca demi membuktikan kalau ia memang kelinci dan bukan landak.
Akhirnya ayah, ibu dan Cici menyuruh Caca melompat, agar segera terhindar dari hukuman. Caca pun segera berusaha melompat.
Hup hup!Â
Tapi Caca tidak bisa. Tubuhnya terasa sangat berat. Caca jadi bingung. Wajahnya kelihatan cemas sekali. Peluh mulai keluar di dahinya.
Selama ini kerjanya hanya bermain dan makan saja di kamar jadi tidak bisa gesit seperti adiknya.Â
"Ayo, Kak, dicoba lagi," seru Cici memberi semangat pada kakaknya.Â