"Arina, setelah aku hitung-hitung aku masih punya hutang 14 jam untuk nemenin kamu. Jadi kapan aku bisa melunasi 24 jam yang kamu minta?"tanyaku. "Sekarang az, kamu cuma perlu duduk disini nemenin aku". Aku mengangguk setuju, selama menemani Arina akubercerita banyak tentang kehidupanku selama di Korea. Arina terlihat begitu antusias sampai saatnya adzan Maghrib terdengar. Aku menghentikan ceritaku lalu mengambil wudhu. Arina bertayamum di atas tempat tidurnya,kami akan shalat berjamaah.
"assalamualaikum warahmatullaah..." kami sudah selesai shalat. Aku berdoa sejenak meminta kesembuhan bagi Arina. Setelah itu aku menoleh ke arah Arina, tangannya masih bersedekap, wajahnya tersenyum, matanya terpejam. Damai sekali.
***
Gundukan tanah di hadapanku masih basah, bunga-bunga di atasnya pun masih segar. Di dalam sana, berbaring seseorang yang sangat aku sayangi. Seorang sahabat yang begitu luar biasa, seorang gadis manja yang sebelumnya hanya sibuk memikirkan dunia tiba-tiba berubah menjadi wanita solehah yang selalu berjuang demi agamanya. Arina Qurratu'ain akhlakmu seindah namamu. Allah menjemputmu dengan cara yang luar biasa indah. Semoga Allah berkenan memberikanmu tempat terbaik disisi-Nya. Sampai bertemu di surga-Nya sahabat terbaikku.
***THE END***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H