Yang dimaksud dengan “faktor penghambat” di sini adalah faktor-faktor yang mempersulit terjadinya perubahan sosial, atau setidaknya untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat umum. Berbagai alasan penghambat dapat dipertimbangkan, termasuk, namun tidak terbatas pada, sifat masyarakat yang tertutup, adanya kepentingan tertentu, bias terhadap hal baru, dan tradisi, dan lain-lain.
Konsep dan Teori Perubahan Sosial
Menurut Piort Sztompka[10] Salah satu dari tiga pilar yang mendasari teori perubahan sosial adalah asumsi bahwa perbedaan itu fundamental. Kedua, perbedaan itu menempati momen tertentu dalam sejarah; ketiga, perbedaan itu berada di dalam struktur sosial yang menjangkau banyak negara. Namun, “gagasan mendasar tentang perubahan sosial menggabungkan tiga gagasan, yaitu: perbedaan, waktu, dan antara kondisi sistem sosial yang sama,” seperti yang dikatakan oleh Piort Sztomka.
Adapun menurut Burhan Bungin[11] percaya bahwa ada beberapa tahapan dalam transformasi sosial, khususnya:
Fase pertanian muncul ketika lingkungan alam tidak dapat lagi menopang populasi manusia yang terus meningkat. Oleh karena itu, keputusan budaya dibuat untuk bercocok tanam di lokasi tertentu dan mengumpulkan hasil pertanian, di samping berburu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fase tradisional dialami oleh masyarakat melalui tempat tinggal permanen di lokasi yang dianggap menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda, seperti di dekat sungai, pantai, lereng bukit, gunung, dan dataran datar.
Selama masa transisi, kehidupan pedesaan telah jauh lebih maju, isolasi yang meluas hampir tidak ada, dan transportasi secara umum efisien, meskipun masih menjadi tantangan bagi penduduk desa tertentu.
Fase kontemporer, yang ditandai dengan peningkatan kualitas pembangunan sosial, jelas melampaui era transisi. Kehidupan masyarakat sangat kosmopolitan, ditandai dengan penekanan yang signifikan pada individualisme, profesionalisme di berbagai bidang, dan penghormatan mendasar terhadap profesi, yang mendukung interaksi sosial di antara anggota masyarakat.
Fase kontemporer dari masyarakat biasanya lebih berpendidikan daripada fase transisi, menghasilkan pengetahuan yang lebih luas dan perspektif yang lebih rasional daripada semua tahap masyarakat sebelumnya; namun, pendidikan formal saja mungkin tidak cukup untuk meningkatkan individu ke tingkat pemahaman dan pola pikir.
Periode postmodern mewakili peradaban yang telah melampaui kriteria finansial, intelektual, relasional, dan semua kriteria modernitas lainnya.