Mohon tunggu...
nur saadatul abadiyah
nur saadatul abadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN KHAS JEMBER

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Behaviorisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

31 Mei 2024   12:40 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:44 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

    Penguatan negatif (negative reinforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respons akan meningkat karena diikuti dengan suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan Jadi, perilaku yang diharapkan akan meningkat karena diikuti stimulus yang tidak menyenangkan. contoh, peserta didik akan sering bertanya dan guru menghilangkan/tidak mengkritik terhadap pertanyaan yang tidak berkenan di hati guru sehingga peserta didik akan sering bertanya. Jadi, perilaku yang ingin diulangi atau ditingkatkan adalah sering bertanya dan stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan adalah kritikan guru sehingga peserta didik tidak malu dan akan sering bertanya karena guru tidak mengkritik pertanyaan yang tidak berbobot/melenceng.

G. Aliran Belajar Menurut Thorndike

   Edward Lee Thorndike (31 Agustus 1874 -- 9 Agustus 1949) adalah seorang Psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Karyanya di bidang Psikologi Perbandingan dan proses pembelajaran membuahkan teori koneksionisme dan membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi pendidikan modern. Dia juga bekerja di pengembangan sumber daya manusia di tempat industri, seperti ujian dan pengujian karyawan. Dia adalah anggota dewan dari Psychological Corporation dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association pada tahun 1912.

    Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, adalah anak dari seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Wesleyan University (1895). Ia mendapat gelar MA di Harvard University pada tahun 1897.

    Selama di Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar (etologi), dan bekerja sama dalam penelitian dengan William James. Tesis Edward hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi komparatif modern. Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan. Pada tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri.

  Menurut Thorndike belajar didasarkan oleh adanya asosiasi (hond) antara kesan panca indra (sente impresion) dengan impuls untuk bertindak Complute to action). Dalam eksperimennya. Thorndike memasukan konsep baru di dalam belajar yaitu dorongan (motivation), hadiah (reward), dan hukuman (punishment).

   Thorndike mengadakan percobaan belajarnya dengan seekor kucing yang ditempatkan dalam kotak puzel (puzzle box) Kucing mencari jalan keluar dari kotak dengan cara mencoba-coba. Menurutnya binatang dan manusia tidak selalu memecahkan masalah dengan cara memikirkan caranya dengan algoritmik, tetapi banyak yang memecahkan masalah dengan cara mencoba-coba (trial and error). asal penelitiannya melahirkan apa yang disebut law of effect (hukum akibat), yaitu jika suatu respon dari dua stimulus diikuti dengan kepuasan, maka respon tersebut cenderung diulang. Sebaliknya jika suatu respon diikuti oleh hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut tidak dilakukan lagi. Jadi konsekuensi memegang peranan penting akan munculnya suatu respon.

     Eksperimen Thorndike menunjukkan bahwa agar tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemartipuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-maha atau percobaan- percobaan (trials) dan kegagalan kegagalan (error). Bentuk paling dasar dari belajar adalah "trual and enor learning atau selecting and connecting learning" dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme (Connectionism) atau icori asosiasi, (Slavin, 2000).

    Menurut Thorndike (Bell, Gredler, 1991), terjadinya asosiasi antaru stimulus dan respon mengikati hukum-hukut sebagi berikut:

  • Hukum kesiapan (law of readiness), yuito semakin siap peserta didik memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan, sehingga asorani cenderung diperkuat 
  • Hukum latihan tlaw of exerwise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih (digunakan. maka asesiasi tersebut akan semakin kuat.
  • Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkant bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidk menuntaskan.

Selain ketiga hakum di atas, Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikan:

  • a. Lase of multiple respons/hukum reaksi bervariasi, yaitu respon peserta didik diawali oleh proses triat and error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respons sebelum memperoleh respons yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
  • b. Law of anindeukum sikap, yaitu perilaku peserta didik tidak hanya ditemukan olch hubungan stimulus dengan respons saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial maupun psikomotor.
  • c. Law of partial activiro bakam aktivitas, peserta didik dalam proses belajar memberikan respos hanya pada simalus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif). Peserta didik dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada dalam situais tertentu, dapat memilih hal yang pokok dan mendasarkan tingkah lakunya pada hal yang pokok mu
  • d. Law of response by analogy, peserta didik dapat melakukan respon pada simuasi yang belum pernah dialami karena peserta didik sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situast baru. Makin banyak unsur yang samal identik, maka transfer akan makis mudah. Jika peserta didik bercakas terhadap situasi yang asing, maka ia akan bereaksi terhadap situasi yang mirip dengan hal yang dihadapinya
  • e. Law of assective shifting/ hukum perpindahan asosiasi, peserta didik dapat melakukan proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal, dan ditakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur haru dan membuang sedikit demi sedikit unsar lama. Apabila suatu respon dapat di pertahankan berlaku dalam serangkaian perubahan situasi yang dapat memicu munculnya perilaku, maka respon itu akhirnya dapat diberikan kepada situasi yang baru.    Kelebihan dan Kekurangan Teori belajar Thorndike Adapun Kelebihan Teori Belajar Thorndike yaitu:
  • 1. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya. 
  • 2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
  • 3. Teori ini sering juga disebut dengan teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya sehingga orang akan terbiasa berpikir dan terbiasa mengembangkan pikirannya.
  •  4. Teori ini mengarahkan anak untuk berfikir linier dan konvergen. Belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa anak menuju atau mencapai target tertentu. 
  • 5. Membantu guru dalam menyelesaikan indikator pembelajaran Matematika.

   Adapun Kekurangan teori belajar Thorndike yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun