Mohon tunggu...
nur saadatul abadiyah
nur saadatul abadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN KHAS JEMBER

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Behaviorisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

31 Mei 2024   12:40 Diperbarui: 31 Mei 2024   12:44 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

    Clark L. Hull mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull, kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya. Teori ini terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium. Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar.

    Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi  biologis.

     Teori belajar yang dikembangkan oleh Hull sama dengan para ahli fungsionalis lainnya, yaitu menggunakan tipe belajar hubungan Stimulus-Respon (S-R). Menurut pandangan ini, belajar tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi karena adanya hubungan S-R. Namun menurut Hull, selain hubungan antara S-R, perilaku juga dipengaruhi oleh suatu proses yang terjadi dalam diri organisme, yang tidak dapat diamati. Variabel ini kemudian dikenal dengan nama variabel intervening (intervening variable).

    Clark Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakan mirip dengan apa yang dikemukakan oleh para behavior, yaitu dasar stimulus dan adanya penguat (reinforcement). Clark Hull mengemukakan teorinya yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi dan ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.

I.  Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

     Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.

     Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik adalah faktor penguatan. Di lihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang dapat memperkuat timbulnya respons.

    Pandangan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun siswa memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik tidak dapat menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relative sama. Di lihat dari kemampuannya, kedua anak tersebut mempunyai perilaku dan tanggapan berbeda dalam memahami suatu pelajaran. Oleh sebab itu teori belajar behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respons yang dapat diamati. Teori belajar behavioristik tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur- unsur yang diamati (Putrayasa, 2013:49).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan teori behaviorisme adalah:

  • Mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan pada diri peserta didik, terutama bagi peserta didik yang belum berkembang sifat mandirinya.
  • Mementingkan bagian-bagian(elementalistik) kecil dalam pembentukan kemampuan dan perilaku 
  • Mementingkan peranan reaksi yang terukur dan teramati dari peserta didik sebagai hasil dari perubahan dalam belajar. 
  • Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, dengan demikian guru harus dapat mendesain stimulus sesuai dengan karakter kompetensi perilaku mata pelajaran dan karakter siswa. 
  • Mementingkan peranan kemampuan awal yang sudah terbentuk sebelumnya, dengan demikian guru harus memahami kemampuan awal dari masing-masing peserta didik sebelum merancang pembelajaran.
  • Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan pengulangan, dengan demikian guru harus dapat mendesain bentuk latihan dan pengulangan yang sesuai dengan karakter peserta didik.
  • Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan sesuai dengan indikator dan tujuan yang sudah dirumuskan.
  • Kurikulum yang dikembangkan guru sangat terstruktur menggunakan standar-standar tertentu yang harus dicapai peserta didik. Obyek evaluasi hanya mengukur pada hal-hal yang nyata yaitu output belajar yang teramati, dalam bentuk laporan tugas, kuis dan tes yang bersifat individual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun