Mohon tunggu...
Nur AfniMega
Nur AfniMega Mohon Tunggu... Mahasiswa - AfniMega

Semangat, ingat orang tua

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

16 Desember 2021   06:42 Diperbarui: 16 Desember 2021   06:52 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pengertian Pendidikan  Islam dan  Mobilitas Sosial

Kata "Pendidikan" berasal dari "mendidik", kemudian kata dengan awalan saya menjadi "mendidik", yang berarti menerima dan memberikan pendidikan. Dalam memelihara dan memberikan latihan, harus ada pengajaran, bimbingan dan tuntunan akhlak dan pikiran.[1] Selain itu, pengertian "pendidikan" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai manusia yang lebih dewasa melalui usaha pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sempit, sekolah atau pendidikan berarti tindakan atau proses memperoleh pengetahuan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode tertentu, sehingga orang memperoleh suatu proses dengan metode tertentu, sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan perilaku yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam arti luas dan paling representatif, pendidikan mencakup semua fase pengembangan keterampilan dan perilaku manusia, serta proses menggunakan hampir semua pengalaman hidup. Yang dalam bahasa Pendidikan artinya: tarbiyah, ta'lim dan ta'dib. Abdul al-Fatah Jalal mengemukakan bahwa istilah ta'lim lebih tepat dari pada yang lain untuk arti pendidikan karena istilahnya lebih luas. Sayed Muhammad al-Naqaib al-Attas memilih istilah ta'dib untuk arti Pendidikan, karena istilah itu hanya berarti pendidikan untuk manusia, sedangkan

Tarbiyah juga untuk makhluk lain. Istilah ta'lim yang berasal dari kata kerja "allama", mengandung arti sekadar memberitahukan atau memberi pengetahuan, bukan berarti pengembangan kepribadian, _ seperti dalam QS Al Baqarah 2/87: 31. Istilah tarbiyah mencakup makna pengembangan pribadi dan memiliki makna pendidikan yang lebih luas daripada ta'lim dan ta'dib. Al Nahlawi mengatakan bahwa kata tarbiyah memiliki tiga asal. Pertama, rapaybu yang artinya menambah berat badan, seperti dalam Q.S. Al-Rum 30/8 :39. Kedua, Rabiyayarba dengan Wazan Khafiyayakhfa, yang artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, Rabpayubbu dengan Wazan Maddayamuddu yang artinya memperbaiki diri, mengurus kepentingan, mengatur, memelihara dan menghormati kesempurnaan. Islam sering disalahpahami, terutama melalui identifikasi dengan Muslim. Islam dan Muslim adalah dua istilah yang berbeda. Islam adalah agama. Muslim adalah pengikut. Islam sering disamakan dengan perilaku muslim atau muslim.
Seperti perilaku pemeluk agama lain, perilaku seorang Muslim tidak serta merta mencerminkan ajaran Islam atau hukum Syariah. Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang akan menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Islam (Arab: alislam,, "takwa kepada Tuhan") adalah agama yang meyakini adanya Tuhan, Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, Islam juga disebut agama Allah atau Dienullah.

 (Arab: ).

 

Artinya: "Maka carilah agama selain agama Allah, ketika segala yang ada di langit dan di bumi dengan rela dan enggan tunduk kepada-Nya (aslama) dan mereka akan dikembalikan kepada Allah.(Q.S. Ali Imron (3): 83).

Dien (agama) sendiri dalam Al-Quran artinya agama (QS 3:83), ketaatan (QS 16:52), dan ibadah (QS.40:65).
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar "selamat" (Salama).Dari pengertian Islam dalam bahasa ini dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan keamanan bagi kehidupan di dunia dan di akhirat (wilayah kehidupan setelah kematian). Islam juga merupakan agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (Muslim/Muslim) untuk menyebarkan keamanan dan kedamaian, yang tercermin antara lain dalam pembacaan doa sebagai kultus utama, doa keamanan " Assalamu`alaikum warohmatullah " adalah.( ) --semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup shalat.

Jika seseorang memahami Islam secara bahasa, maka kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata Salama.


Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Islam berasal dari kata 'salm' ()

As-Salmu berarti damai atau kedamaian. Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

 

Dan jika kamu cenderung damai (lis salm), sujud dan percaya kepada Allah. Lihatlah, dialah yang mendengar, yang mengetahui. (QS.8:61).

Kata "Mazmur" pada ayat sebelumnya memiliki arti damai atau istirahat. Inilah salah satu makna dan ciri Islam, yaitu bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk mencintai perdamaian atau selalu berjuang untuk perdamaian, bukan untuk perang atau konflik dan kekacauan.

Jika salah satu kelompok menindas yang lain, perangi penindas sampai kelompok itu kembali ke perintah Tuhan; Ketika kelompok itu telah kembali (atas perintah Allah), rujuklah mereka dengan adil dan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa" (QS. 49:9). Sebagai salah satu bukti bahwa Islam adalah agama yang membela perdamaian, Allah SWT melalui Al-Qur'an hanya mengizinkan umat Islam berperang jika diperangi oleh musuh-musuhnya. 

2. Islam Berasal dari kata 'aslama' ()

Menyerah atau pasrah, yaitu berserah diri pada aturan Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang masuk Islam adalah orang yang dengan ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Pengabdian tersebut ditandai dengan pelaksanaan apa yang diperintahkan Allah dan penghindaran dari segala larangan-Nya.

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan (aslama wajhahu) kepada Allah sambil mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim orang-orang yang saleh? Dan Allah mengambil Ibrahim sebagai kekasihnya."(QS. 4 : 125)

3. Islam Berasal dari kata istaslama--mustaslimun

Istaslama--mustaslimun artinya penyerahan total kepada Allah SWT. Firman Allah SWT dalam Al-Quran: 


"Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri." (QS 37 : 26) 

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. 2 : 208).

4. Berasal dari kata 'saliim' ().

Salim artinya bersih dan suci.


"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (QS. 26 : 89).

 

"(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang bersih." (QS. 37:84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang suci dan murni, mampu menggerakkan umatnya kepada kesucian dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

5. Islam Berasal dari 'salam' ()

Salam berarti selamat dan sejahtera.


"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (QS. 19 : 47).

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan. 

Pendidikan Islam (al-tarbiyah al-islamiyah) secara terminology didefinisikan oleh para ahli pendidikan Islam dengan suatu rumusan yang berbeda. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaebani mendefinisikan pendidikan Islam sebagai usahamengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan-perubahan itu berlandaskan nilai-nilai Islam.[2]Muhammad 'Atiyah al-Abrasyi berpendapat Bahwapendidikan Islam ialah mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.[3]Zakiyah daradjat mengemukakan bahwa pendidikan Islam itu berintikan pembentukan kepribadian muslim.[4]Pendidikan Islam, sebagaimana didefinisikan di atas, pada intinya adalah suatu proses bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dengan kesadaran terhadap perkembangan potensi-potensi anak (jasmani dan rohani) menuju terbentuknya kepribadian muslim. Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sejak lahir sampai meninggal dunia. Disamping itu, pendidikan Islam mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain menuju kehidupan yang sempurna. 

1. Istilah Al Tarbiyah

Istilah altbiyah berasal dari kata rabb, meskipun kata rabb memiliki arti
, arti dasarnya adalah pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, penyesuaian,memelihara kelanggengan (survival).[5] Secara etimologis kata "Altarbiyah" ini terdiri darikata yang terdiri dari tiga akar kata[6], yaitu: Pertama, rabba - yarbu artinya bangkit, tumbuh dan berkembang. Pemahaman ini didasarkan pada QS. Al-Rum ayat 39.[7] Dalam pengertian ini, pendidikan (altbiyah) adalah proses melengkapi, menumbuhkan dan mengembangkan sesuatu (potensi) yang terdapat pada peserta didik baik secara psikis, jasmani, rohani, maupun sosial. Kedua, rabiya - yarba tarbiyah artinya tumbuh (nasyaa) menjadi tinggi[8] atau dewasa. Dalam pengertian ini, pendidikan (altbiyah) adalah proses mendidik atau mendewasakan siswa baik secara psikis, fisik, mental dan sosial. Ketiga, rabba-yarubbu tarbiyah berarti memperbaiki, memelihara, membimbing, melindungi, menyesuaikan dan memelihara[9]. psikologis, fisik, mental dan sosial. Istilah altbiyah dapat dipahami sebagaimemelihara, mengandung, memelihara, mengembangkan, memelihara, memelihara, mengolah, menghasilkan dan menjinakkan.[10] Tentang arti kata mezbah biyah, AlSyaibani dalam SQ. Al-Fatihah ayat 2 memiliki makna tersirat dari istilah altbiyah, pendidikan islam. Karena kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar yang sama.
Dalam konteks ini, Tuhan berada dalam posisi sebagai pendidik bagi seluruh makhluknya. Muhammad Quraish Shihab berpendapat bahwa kata rabb memiliki akar kata yang sama dengan tarbiyah, artinya: 

Memerintahkan sesuatu selangkah demi selangkah menuju kesempurnaan alam, insiden dan fungsi. ;

Mengembangkan seluruh potensi siswa menuju kesempurnaan;

Mengarahkan seluruh alam menuju kesempurnaan;

Menyelenggarakan pendidikan secara terencana dan progresif yaitu pendidikan nasional berupaya mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang layak dalam rangka pendidikan kehidupan nasional, guna mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.

Berakhlak mulia, berakal, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Atas dasar pengertian di atas, penulis berkeyakinan bahwa dalamtarbiyah (pendidikan) merupakan proses transformasi mereka memiliki sikap dan pikiran yang adalah pemahaman yang tinggi dan menjalani hidupnya, agar terbentuk keimanan, ketakwaan, akhlak, dan akhlak mulia. 

Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagaigerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis mobilitas berasal dari bahasa latin yaitu 'mobilis' yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain; terdapatnya kata sosial pada istilah mobilitas sosial adalah untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.

Mobilitas sosial dapat diartikan sebagai gerakan/pergerakan sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari satu kelas (kelas sosial) ke kelas lainnya, umumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Melalui mobilitas yang dilakukan seseorang, mereka diklasifikasikan dalam kelas sosial (stratifikasi sosial) yang berbeda dari sebelumnya. Dalam stratifikasi sosial, terdapat pengkategorian kelas-kelas yang disebut dengan sistem keanggunan, yang mengelompokkan mereka dalam suatu kelas menurut kondisi yang dimilikinya. Ransford dalam Sunarto (2004:87) menegaskan bahwa dalam sosiologi mobilitas sosial perpindahan status dipahami dalam stratifikasi sosial; "Mobilitas sosial mengacu pada pergerakan individu atau kelompok ke atas atau ke bawah dalam hierarki sosial." Komblum (1988: 172) menyatakan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan individu, keluarga atau kelompok sosial dari satu kelas ke kelas lainnya. Dalam hal perpindahan yang dilakukan, hal ini dapat berdampak pada status sosial mereka, yaitu mereka dapat bergerak naik atau turun, atau bahkan tetap pada tingkat yang sama, tetapi dalam profesi yang berbeda. Konsisten dengan hal tersebut, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (dalam Bagong Suyatno, 2004: 202) menyatakan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau perpindahan dari satu strata ke strata lain adalah peningkatan. atau penurunan status sosial dan (umumnya) pendapatan yang mungkin dialami oleh beberapa individu atau semua anggota kelompok.

 

Berdasarkan penjelasan di atas, mobilitas sosial secara sederhana dapat diartikan sebagai gerakan/pergerakan sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari satu kelas (kelas sosial) ke kelas lainnya, biasanya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Melalui mobilitas yang dilakukan seseorang, mereka diklasifikasikan dalam kelas sosial (stratifikasi sosial) yang berbeda dari sebelumnya. Dalam stratifikasi sosial terdapat pengkategorian kelas-kelas yang disebut sistem kelas, yang membaginya menjadi kelas-kelas menurut kondisi yang dimilikinya. Menurut kisi-kisi dalam Susanto (1992: 65), stratifikasi sosial adalah hasil dari hubungan kebiasaan dan terstruktur antara orang-orang di mana setiap orang setiap saat memiliki situasi yang menentukan hubungannya dengan orang lain baik secara vertikal maupun horizontal dalam masyarakatnya. Stratifikasi tersebut berasal dari masyarakat pada umumnya, yang ditandai dengan adanya pembagian kerja. Proses mobilitas sosial Gerakan sosial atau mobilitas sosial adalah suatu gerakan dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang menentukan organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial meliputi sifat hubungan antara individu-individu suatu kelompok, dan hubungan itu merupakan suatu gerakan dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang menentukan organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial meliputi sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Ada dua jenis utama gerakan sosial, yaitu gerakan sosial horizontal dan vertikal:

 

Gerakan sosial horizontal adalah peralihan individu atau objek sosial lainnya dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lain yang sederajat. Misalnya: seseorang yang pindah kewarganegaraan, pindah ke pekerjaan yang sama nilainya, atau mungkin pindah ke shift lain. Dengan gerakan sosial horizontal, derajat kedudukan seseorang atau objek sosial tidak berubah. Gerakan sosial vertikal adalah perpindahan individu-individu objek sosial dari posisi sosial ke posisi sosial lain yang tidak setara. Menurut orientasinya, ada dua jenis mobilitas vertikal, yaitu: Eskalasi sosial, yaitu perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial yang lebih rendah ke kelas yang lebih tinggi. Misalnya, seorang karyawan yang dipromosikan menjadi kepala departemen di sebuah perusahaan swasta. Gerakan sosial dalam kemunduran (social chant), yaitu perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke posisi sosial yang lebih rendah. Misalnya, seorang petani anyelir yang jatuh miskin karena produk yang ditanamnya tidak laku di pasaran. Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerakan sosial vertikal adalah sebagai berikut: _ Hampir tidak ada sistem tertutup di mana tidak ada gerakan sosial vertikal. Contohnya adalah masyarakat kasta di India, meskipun gerakan sosial vertikal hampir tidak terlihat, prosesnya pasti ada. Seorang anggota kasta Brahma yang melakukan kejahatan dapat diturunkan dari kastanya, atau seseorang dari kasta yang lebih rendah dapat dinaikkan ke kasta yang lebih tinggi, misalnya melalui perkawinan.Top of Form

 

Betapapun terbukanya sistem stratifikasi suatu masyarakat, tidak mungkin gerakan sosial vertikal dapat berkembang secara bebas. Setidaknya Anda akan menghadapi banyak rintangan. Tidak ada gerakan sosial vertikal yang sama di semua masyarakat. Kecepatan gerakan sosial vertikal disebabkan oleh berbagai faktor ekonomi, politik, dan profesional. Tidak ada gerakan sosial vertikal yang berkelanjutan. Menurut Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial vertikal dapat dilakukan melalui jalur sebagai berikut: Angkatan Bersenjata Dalam keadaan perang di mana semua negara ingin menang, jasa seorang prajurit dihargai tanpa memandang statusnya dalam masyarakat. Melalui pelayanan mereka dimungkinkan untuk mengangkat posisi seseorang dan bahkan memperoleh kekuasaan dan otoritas. Lembaga pendidikan Secara umum lembaga pendidikan dipandang sebagai saluran konkrit dari mobilitas sosial vertikal, bahkan lembaga pendidikan formal dipandang sebagai lembaga sosial yang naik dari posisi terendah ke tertinggi. Organisasi politik Saluran ini telah membuktikan dalam banyak kasus bahwa ia memberikan banyak kesempatan bagi setiap anggotanya untuk naik pangkat di masyarakat. Mereka yang terorganisasi dengan baik dalam organisasi politik berkesempatan untuk dipilih menjadi anggota DPR sebagai wakil dari organisasi politik yang ada di sekitarnya. Lembaga Keagamaan Lembaga keagamaan ini juga merupakan saluran mobilitas sosial vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama, namun para pemuka agama selalu berusaha mengangkat mereka yang berada pada posisi yang lebih rendah ke posisi yang lebih tinggi. Organisasi Bisnis Organisasi bisnis ini, baik dalam bisnis maupun jasa, pada umumnya menawarkan peluang yang sebesar-besarnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas sosial vertikal, karena dalam hal ini relatif terbuka. Meskipun hanya lima saluran mobilitas sosial yang dijelaskan, namun tidak berarti hanya saluran-saluran yang diuraikan di atas yang dapat digunakan sebagai saluran untuk mencapai mobilitas sosial vertikal. Selain kelima saluran tersebut di atas, masih banyak saluran mobilitas sosial vertikal lainnya seperti: misalnya: organisasi profesi, perkawinan, organisasi olahraga, dll. Faktor yang paling menghambat mobilitas sosial adalah ketidaktahuan atau kurangnya pelatihan. Seperti halnya faktor pembatas, ada banyak faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial. Diantaranya: keinginan untuk berubah, kebosanan dengan situasi yang ada dan pendidikan. Di sini pendidikan berperan dalam pembentukan intelektual manusia sehingga kapasitas intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial dan ekonomi, karena dalam kehidupan nyata kekuatan intelektual ini secara alami tidak dapat dipisahkan dari kekuatan sosial.Top of Form

 

Karena faktor pembelajaran, pendidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan di masyarakat kita selalu ditemukan dalam lingkaran masalah konseptual lama berupa: 

a. perselisihan modern dan tradisional,

b. masalah Barat dan Timur,

c. ketegangan antara kaya dan miskin, serta

d. ketegangan dan upaya untuk ruang publik dan otonomi.

B. Konsep dan Teori Mobilitas Sosial

            Sosiolog dan aktivis politik Amerika kelahiran Rusia, Pitirim Sorokin, pertama kali memperkenalkan konsep mobilitas sosial dalam bukunya "Mobilitas Sosial dan Budaya". Ia menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang sepenuhnya terbuka (seperti sistem kelas) dan tidak ada masyarakat yang sepenuhnya tertutup (seperti sistem kasta di India).

Menurut Sorokin, tidak ada dua masyarakat yang sama dalam hal pergerakan diperbolehkan dan dilarang, dan bahwa kecepatan mobilitas sosial dapat berubah dari satu periode ke periode berikutnya. Tergantung seberapa berkembang masyarakatnya.

Pergeseran sosial seperti itu dapat terjadi seiring waktu ketika individu berpindah dari satu posisi ke posisi lain karena berbagai interaksi sosial. Mobilitas, lebih atau kurang, memberi manfaat bagi orang-orang karena mereka dimotivasi oleh berbagai faktor dalam masyarakat dan pekerjaan untuk mencapai peran baru yang menawarkan standar hidup yang lebih baik Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ukuran statistik (indeks komposit) yang dikembangkan oleh PBB untuk menilai perkembangan sosial dan ekonomi negara-negara di seluruh dunia. HDI mempertimbangkan tiga indikator pembangunan manusia, yaitu harapan hidup, pendidikan, dan pendapatan per kapita. dan penghargaan yang lebih besar. Orang-orang bersaing dan bekerja sama dengan orang lain dalam masyarakat untuk menaiki tangga mobilitas sosial.

Berikut ini adalah beberapa konsep dari mobilitas sosial yaitu:

Class Origin dan class deamobility

Hal pertama melakukan studi adalah harus mengidentifikasi dan menentukan kelas sosial orang tua (class origin,Ishida & Miwa, 2005:6) dan dipahami sebagai kelas sosial responden pada saat penelitian (class detonation, Ishida & Miwa, 2005: 6). Identifikasi dan tekad ini mutlak diperlukan untuk mengetahui jika terjadi perubahan kelas sosial dari orang tua kepada responden.

Tipe Mobilitas Sosial

Menurut sosiologi mobilitas sosial dibagi menjadi 2, yaitu mobilitas antar-generasi (intergenrational mobility ) dan intara-generasi (intragenerational mobility). Mobilitas sosial antar-generasi berupa hubungan antara pendapatan ayah dan anak atau posisi kelas individu dengan kelas ketika ia dibesarkan (Breen,2004:3) sedangkan mobilitas sosial Intra-generasi melihat perubahan situasi dalam kehidupan kerja atau perjalanan karier individu penelitian mobilitas intra-generasi jauh lebih sulit dibanding dengan antar-generasi.

Analisis Mobilitas sosial

Menurut Breen, analisis mobilitas sosial mengatakan: "Mobilitas relatif atau kelemahan sosial terkait dengan hubungan antara asal kelas dan posisi kelas saat ini: terutama didasarkan pada perbandingan antara orang-orang dari asal kelas yang berbeda, perubahan mereka untuk berada di satu kelas sasaran, bukan yang lain (Breen, 2004: 4) Lebih lanjut, Breen berpendapat bahwa tingkat fluiditas sosial sering dilihat sebagai indikator keterbukaan masyarakat.

Jenis mobilitas sosial

Mobilitas Mobilitas sosial dapat mengambil banyak bentuk dan orang dapat mengalami berbagai jenis mobilitas pada berbagai tahap kehidupan Jenis-jenis mobilitas tidak tergantung satu sama lain dan seringkali dapat tumpang tindih Dibedakan hanya untuk tujuan analisis.

1. Mobilitas horizontal Ini adalah kasus ketika seseorang berganti pekerjaan tetapi status sosial mereka secara umum tetap tidak berubah. Misalnya, jika seorang dokter pindah dari kedokteran ke mengajar di sekolah kedokteran, profesinya berubah, tetapi prestise dan status sosialnya cenderung tetap sama. Sorokin menggambarkan mobilitas horizontal sebagai perubahan agama, wilayah, politik, atau perubahan horizontal lainnya tanpa mengubah posisi vertikal.

2. Mobilitas vertikal Mengacu pada perubahan status profesional, politik atau agama seseorang yang mengakibatkan perubahan posisi sosial mereka. Seorang individu berubah dari satu kelas sosial ke kelas sosial. Mobilitas vertikal bisa naik atau turun.

Ascending melibatkan individu yang berpindah dari suatu kelompok pada strata yang lebih rendah ke strata yang lebih tinggi atau pembentukan kelompok yang serupa dengan kedudukan masyarakat yang lebih tinggi, daripada berdampingan dengan kelompok yang ada. Mobilitas yang menurun terjadi, misalnya, ketika seorang pengusaha mengalami kerugian dalam usahanya dan dipaksa untuk menyatakan pailit. Kepailitan Kepailitan adalah status hukum manusia atau bukan badan manusia (perusahaan atau instansi pemerintah) yang tidak mampu mengembalikan hutang kepada kreditor., mengakibatkan perpindahan ke lapisan masyarakat yang lebih rendah.

3. Mobilitas ke atas Yaitu ketika seseorang berpindah dari posisi yang lebih rendah dalam masyarakat ke posisi yang lebih tinggi. Anda juga dapat menyertakan orang-orang yang berperingkat lebih tinggi dalam grup komunitas yang sama.Namun, mobilitas ke atas, meskipun dipandang sebagai hal yang baik, juga dapat merugikan individu.

Ketika seseorang bergerak ke atas, mereka sering kali perlu meninggalkan lingkungan yang sudah dikenalnya seperti keluarga dan tempat. Mereka mungkin juga perlu mengubah cara mereka berpikir dan berperilaku. Karena gerakan ke atas, individu harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan mengadopsi perilaku yang berbeda dalam masyarakat baru.

4. Mobilitas ke bawah Mobilitas ke bawah terjadi ketika seseorang berpindah dari posisi yang lebih tinggi dalam masyarakat ke posisi yang lebih rendah. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang kedapatan melakukan tindakan yang salah. Skandal Akuntansi Teratas Dua dekade terakhir melihat beberapa skandal akuntansi terburuk dalam sejarah. Miliaran dolar hilang akibat bencana keuangan ini. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya posisi yang mereka pegang saat ini.

Mobilitas ke bawah bisa sangat membuat stres bagi orang-orang yang menghadapi penurunan status sosial yang cepat. Mereka mungkin merasa sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, karena tidak sama dengan standar hidup mereka dulu. Mobilitas ke bawah adalah contoh betapa masyarakat menghargai peluang dan struktur yang sama.

5. Mobilitas antargenerasi

Mobilitas antargenerasi terjadi ketika posisi sosial berubah dari satu generasi ke generasi lainnya. Perubahan dapat dilakukan ke atas atau ke bawah. Misalnya, seorang ayah bekerja di sebuah pabrik sedangkan anaknya mengenyam pendidikan yang memungkinkannya menjadi pengacara atau dokter.

Perubahan sosial seperti itu juga menyebabkan generasi mengadopsi cara hidup dan berpikir yang baru. Mobilitas antargenerasi dipengaruhi oleh perbedaan pola asuh orang tua dan keturunannya, perubahan populasi Demografi Demografi mengacu pada karakteristik sosio-ekonomi suatu populasi yang digunakan bisnis untuk mengidentifikasi preferensi produk dan perilaku pembelian pelanggan. Dengan ciri pasar sasaran mereka, perusahaan dapat membangun profil untuk basis pelanggan mereka. , dan perubahan pekerjaan.

6. Mobilitas intra-generasi

Perubahan intra-generasi dalam posisi masyarakat terjadi selama umur satu generasi. Itu juga bisa merujuk pada perubahan posisi di antara saudara kandung. Salah satu caranya adalah ketika seseorang menaiki tangga perusahaan dalam karier mereka. Misalnya, seseorang memulai karirnya sebagai juru tulis dan melalui kehidupannya berpindah ke posisi senior seperti direktur. Seorang saudara kandung juga dapat mencapai posisi yang lebih tinggi di masyarakat daripada saudara laki-laki atau perempuan mereka.

Teori Pendorong dan Penarik (Push and Pull Theory)

     Secara umum mobilitas penduduk itu terjadi apabila terjadi

perbedaan kefaedahan antara dua wilayah. Pada umumnya teori migrasi

penduduk didasarkan atas prinsip di atas, di bawah ini dibicarakan teori

mobilitas penduduk.

     Volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah di wilayah tersebut.[11]Di daerah asal

dan daerah tujuan ada faktor positif (+), negatif (-), ada pula faktor yang

netral (0). Faktor positif adalah faktor yang menguntungkan kalau

bertempat tinggal di daerah ini terdapat sekolah, kesempatan kerja, atau

iklim yang baik. Faktor negatif adalah faktor kekurangan di daerah yang

bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat itu. Perbedaan

nilai komulatif antara kedua tempat tersebut cenderung menimbulkan arus

migrasi penduduk.

 

     Kemudian Lee juga menyebutkan besar kecilnya arus migrasi

juga dipengaruhi rintangan antara, misalnya ongkos pindah yang tinggi,

topografi daerah asal dan daerah tujuan berbukit dan terbatasnya sarana

transportasi atau pajak yang tinggi untuk masuk daerah tujuan. Faktor individu berperan penting, dialah yang menilai positif atau negatif suatu

daerah dan dialah yang akhirnya memutuskan apakah akan pindah atau

tidak.

 

     Menurut Everett S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang

mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu:

 

1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal (Faktor Pendorong atau

Push Factor )

 

     a. Faktor Ekonomi

 

     Pada umumnya mobilitas penduduk karena seseorang ingin merubah taraf hidup menjadi lebih baik. Faktor ekonomi menjadi pendorong utama mobilitas penduduk bagi 4.444 orang meninggalkan tempat tinggalnya.

 

     b. Faktor Pendidikan

 

     Selain faktor ekonomi, faktor pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong datangnya pendatang untuk mencapai mobilitas penduduk.

Menurut Lee mengatakan bahwa " Volume migrasi dalam salah satu

wilayah tertentu berkembang sesuai dengan ingkat perkembangan dari

suau wilayah tertentu merupakan daya tarik bagi penduduk dari

berbagai jenis pendidikan".

 

            c. Faktor Transportasi

 

     Tersedianya sarana transportasi salah satu pendorong mobilitas karena dengan adanya alat transportasi yang lengkap masarakat bisa lebih

mudah untuk akses keluar daerah untuk meningkatkan ekonomi

disuatu aderah dan mempermudah orang- orang untuk bekerja atau

bersekolah.[12]

 

2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan (Faktor Penarik atau Pull

Factor)

 

            a. Tersedianya lapangan pekerjaan.

 

            bKemungkinan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.              

 

            c. Probabilitas pendidikan yang lebih tinggi.

 

            d. Suasana yang menyenangkan.

 

            e. Kemajuan menuju tujuan.

 

3. Rintangan yang menghambat

 

     Di setiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor yang

menahan orang untuk tetap tinggal di situ, dan menarik orang luar luar

untuk pindah ke tempat tersebut; ada sejumlah faktor negatif yang

mendorong orang untuk pindah dari tempat tersebut; dan sejumlah

faktor netral yang tidak menjadi masalah dalarn keputusan untuk

migrasi. Selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan-

keadaan tertentu tidak seberapa beratnya, tetapi dalam keadaan lain

dapat diatasi. Rintangan-rintangan itu antar lain adalah mengenai jarak,

walaupun rintangan "jarak" ini meskipun selalu ada, tidak selalu

menjadi faktor penghalang. Rintangn-rintangan tersebut mempunyai

pengaruh yang berbeda-beda pada orang-orang yang mau pindah. Ada

orang yang memandang rintangan-rintangan tersebut sebagai hal

sepele, tetapi ada juga yang memandang sebagai hal yang berat yang

menghalangi orang untuk pindah.

4. Faktor-faktor pribadi

Sedangkan faktor dalam pribadi mempunyai peranan penting karena

faktor-faktor nyata yang terdapat di tempat asal atau tempat tujuan

belum merupakan faktor utama, karena pada akhirnya kembali pada

tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan

kecerdasannnya.[13]

C. Hubungan Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

Pendidikan dipandang sebagai cara untuk mencapai posisi yang lebih baik di masyarakat. Semakin besar pelatihan yang dicapai, semakin besar harapan untuk mencapai tujuan ini. Oleh karena itu, ada kemungkinan kelas sosial superior. Pendidikan dipandang sebagai kesempatan untuk berpindah dari satu kelas ke kelas yang lebih tinggi. Pendidikan adalah jalan menuju mobilitas sosial, kata mereka. Pada zaman dahulu, faktor keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang, yang sulit ditembus karena sistem kelas yang ketat. Banyak pemimpin dalam pendidikan mengandalkan efektivitas pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib mereka sendiri. Dengan memperluas dan menyelaraskan pendidikan, batas-batas antar kelompok sosial akan mencair. Harapannya, kesempatan belajar yang sama akan membuka jalan bagi setiap siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Kewajiban belajar atau pendidikan umum memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama kepada semua siswa dari semua kelompok sosial . Dengan demikian, perbedaan kelas sosial berkurang, meskipun mereka tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Kenyataannya, cita-cita tersebut tidak mudah untuk dicapai Mobilitas sosial melalui pendidikan Pendidikan merupakan tahapan penting dalam tangga mobilitas.[14]

 

            Bahkan jenis pekerjaan kecil bergaji tinggi sulit didapat kecuali seseorang dapat membaca instruksi dan melakukan aritmatika sederhana. Di banyak perusahaan dan perusahaan industri tidak hanya satu, tetapi dua manajer mobilitas: satu berakhir di posisi mandor, lainnya dimulai dengan posisi "program pengembangan eksekutif" dan berakhir dengan posisi manajer. Menaiki tangga mobilitas kedua tanpa ijazah sekolah menengah jarang terjadi. Diasumsikan bahwa peluang mobilitas bagi 4.444 anak kelas menengah dan bawah semakin besar semakin tinggi tingkat pendidikannya. Ternyata hal ini tidak selalu terjadi ketika pendidikan terbatas pada pendidikan menengah. Jadi kalaupun wajib belajar ditingkatkan menjadi Abitur, masih dipertanyakan apakah mobilitas sosial akan meningkat dengan sendirinya dengan . Kecil kemungkinan akan terjadi perluasan mobilitas sosial, sebagaimana terpantau pada pada ijazah tinggi. sekolah yang tidak lagi memberikan seseorang mobilitas yang lebih besar. Namun, pendidikan tinggi masih dapat menawarkan mobilitas, bahkan jika jumlah lulusan perguruan tinggi turun menjadi , jaminan sertifikat untuk meningkatkan status sosial. Strategi Pembaharuan Pendidikan untuk mencapai mobilitas sosial Pada dasarnya, pendidikan hanyalah sebuah standar.

Dari tiga "jenis pendidikan" yang tersedia, yaitu informal, formal dan non-formal, dua yang terakhir tampaknya lebih dapat diandalkan . Dalam pendidikan formal, dunia kerja dan dunia dengan lebih dari status percaya pada memiliki Ijazah sebagai tanda kelulusan seseorang untuk maju ke suatu jabatan dan naik ke status . Namun, seiring dengan perkembangan selanjutnya, mereka lebih mengandalkan keterampilan atau kemampuan orang untuk praktis daripada harus menghormati kepemilikan sertifikat, yang terkadang tidak sesuai dengan kompetensi pemegang hak inventaris . Hal ini pada akhirnya merupakan peluang tumbuhnya pendidikan nonformal yang lebih mampu memberikan keterampilan praktis praktis untuk kebutuhan dunia kerja, yang tentunya berdampak pada pencapaian status seseorang. Dari segi intelektual, dari sudut pandang lain, benar bahwa orang dengan pendidikan tinggi memiliki 4.444 derajat sosial dalam masyarakat, dan ini biasanya lebih terfokus pada tingkat pendidikan formal. Semakin tinggi sekolah, semakin besar domain pengetahuan.           

D. Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial dan Pendidikan Islam

            Pendidikan dipandang sebagai cara untuk mencapai posisi yang lebih baik dalam masyarakat. Semakin besar pelatihan yang dicapai, semakin besar harapan untuk mencapai tujuan ini. Oleh karena itu, ada kemungkinan untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dipandang sebagai kesempatan untuk berpindah dari suatu kelas ke kelas yang lebih tinggi. Pendidikan adalah salah satu cara mobilitas sosial. Pada zaman dahulu, faktor keturunan menentukan status sosial seseorang, yang sulit ditembus karena sistem kelas yang ketat. Banyak tokoh pendidikan yang mengandalkan kemampuan pendidikan untuk meningkatkan nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan, batas-batas antara kelompok sosial diperkirakan akan mencair. Semoga kesempatan belajar yang sama akan membuka jalan bagi semua anak untuk menemukan pekerjaan yang mereka inginkan. Kewajiban untuk belajar atau pendidikan umum memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama kepada semua anak dari semua kelompok sosial . Oleh karena itu, perbedaan antara kelompok sosial berkurang, bahkan jika itu tidak dapat diharapkan sepenuhnya. Kenyataannya, cita-cita tidak begitu mudah diwujudkan, pendidikan membuka peluang mobilitas sosial. Berkat pendidikan, orang dapat meningkatkan status sosialnya sebesar .

            Pendidikan juga memberikan kesetaraan dasar dalam pendidikan dan mengurangi perbedaan antara kelompok tinggi dan rendah. Melalui pendidikan, setiap 4.444 warga negara dapat membaca surat kabar dan majalah yang sama, memikirkan masalah politik, sosial dan ekonomi yang sama. Meskipun ada 4.444 mobilitas sosial di sektor ini, banyak kelompok berpenghasilan rendah masih menganggap diri mereka rendah. Namun, posisi subkelas tidak statis, tetapi dapat terus berkembang seiring dengan semakin banyaknya pendidikan yang diterima . Ada banyak contoh yang bisa kita lihat di sekitar kita tentang orang-orang yang meningkatkan status sosialnya berkat pendidikan mereka. Pada orang lulusan HIS, yaitu sekolah dasar pada zaman Belanda berharap menjadi pegawai dan memperoleh kedudukan sosial yang terhormat. Selain itu, jika Anda lulus MULO, AMS atau Perguruan Tinggi, peluang Anda lebih besar untuk mendapatkan posisi yang baik dan dengan demikian masuk ke kelas menengah atas sosial. Sekarang, pendidikan dasar dan bahkan pendidikan tinggi hampir tidak berdampak pada mobilitas sosial. Sebuah iklan mencari pekerja kantoran mengundang lulusan SMA untuk melamar.

Selanjutnya, jika komitmen belajar meningkat sampai SMA atau sebagian besar dari mereka memiliki kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan tinggi, ijazah SMA tidak lagi masuk akal untuk bercita-cita ke posisi tinggi dan dengan demikian pindah ke kelompok sosial yang lebih tinggi. . Saat ini, pendidikan tinggi dianggap sebagai syarat mobilitas sosial. Mencari posisi yang nyaman semakin sulit ditemukan bagi lulusan 4.444 perguruan tinggi. Selain gelar sarjana, ada faktor lain yang mendorong seseorang ke posisi tinggi dalam pemerintahan atau bisnis.

Kita dapat memahami bahwa lebih sulit bagi anak-anak kelas bawah untuk mendapatkan posisi sebagai kepala perusahaan daripada anak-anak pemimpin perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi dari mereka yang berkuasa dan diploma dan prestasi berkontribusi pada posisi yang tinggi. Mobilitas sosial orang cukup kompleks, karena ada beberapa faktor yang membantu seseorang untuk naik tangga sosial. Guru juga dapat mempengaruhi orang untuk maju dengan mendorong anak-anak untuk belajar untuk prestasi yang tinggi. Guru sendiri, melalui usahanya untuk belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, dapat menjadi contoh mobilitas sosial untuk mengangkat posisinya. Di sisi lain, guru dapat menghambat mobilitas ini jika dia membenci anak-anak di kelas bawah dan tidak yakin dengan kemampuan mereka. Mungkin 4.444 guru juga tidak menyadari peran sekolah sebagai sarana mobilitas sosial. sekolah dapat memberikan kesempatan untuk memperbaiki situasi bagi anak-anak di kelas bawah.

            Di sekolah mereka memiliki hak yang sama untuk menerima pengajaran, mempelajari buku yang sama, memiliki guru yang sama, dan bahkan memakai seragam yang sama dengan anak-anak kelas atas. Berprestasi tinggi dalam sains, olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi sekolah, dan lain-lain, diterima dan dihargai oleh siswa. Di kelas, mereka dapat menjalin persahabatan dengan anak dari kelas sosial yang lebih tinggi, yang dapat berlanjut di kemudian hari di . Mereka juga diharapkan melanjutkan studi di universitas. Namun, jika Anda hanya memiliki gelar sekolah menengah, tingkat pendidikan itu mungkin tidak cukup dan tidak akan banyak meningkatkan status sosial Anda sebagai orang dewasa dan sebenarnya Anda akan frustrasi kecuali bekerja keras didorong oleh tekad yang kuat .sosial. _ Diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pilihan mobilitas bagi anak kelas menengah dan bawah. Ternyata tidak selalu demikian bila pendidikan terbatas pada pendidikan menengah saja. Kalaupun wajib belajar ditingkatkan menjadi Abitur, timbul pertanyaan apakah mobilitas sosial akan meningkat dengan sendirinya. Ekspansi mobilitas sosial tidak mungkin terjadi. Seperti disebutkan di atas, ijazah sekolah menengah tidak lagi memberi seseorang mobilitas yang lebih besar. Namun, pendidikan tinggi tetap bisa menawarkan mobilitas, meski jumlah lulusan universitas turun menjadi 4.444, jaminan ijazah status sosial akan meningkat. Tidak semua orang tua mampu membiayai pendidikan perguruan tinggi anak-anak mereka. Karena menggunakan komputer untuk menilai tes penyaringan masuk sebagai objektif, itu berarti tidak lagi dipengaruhi oleh posisi orang tua atau orang yang membuat rekomendasi. Metode membuka peluang masuk pendidikan tinggi yang lebih luas bagi anak-anak kelas bawah dan menengah berdasarkan kinerja mereka pada ujian masuk. Biaya yang cukup besar tentu saja selalu menjadi kendala bagi masyarakat kelas bawah untuk menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Hibah pemerintah dan pilihan pinjaman bank untuk belajar dapat memperluas kesempatan belajar bagi yang berbakat.[15]

E. Peran Pendidikan dalam Perwujudan Mobilitas Sosial

Setiap individu dalam 4.444 masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status adalah perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban seorang individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering juga disebut dengan jabatan atau kedudukan, pangkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Dalam semua sistem sosial, tentu saja ada berbagai jenis posisi atau status.

Menurut Pitirim Sorokin, status sosial seseorang dapat diukur dari: kedudukan, pendidikan dan keluasan ilmu, kekayaan, politik, keturunan dan agama.[16] Kelas sosial muncul dari perbedaan rasa hormat dan status sosial seseorang. Misalnya, seorang anggota masyarakat dianggap terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dihina karena memiliki status sosial yang rendah. Masyarakat berusaha meningkatkan status sosialnya, antara lain melalui pendidikan tinggi. Pendidikan erat kaitannya dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan manusia, mulai dari perkembangan jasmani sampai dengan kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, keterampilan sosial, dan pengembangan iman.

Perkembangan ini menjadikan manusia semakin sempurna, menjadikan manusia memperbaiki kehidupannya dan kehidupan kodrati menjadi terbina dan bermoral. Oleh karena itu, pendidikan dipandang masyarakat sebagai tempat rejeki, dengan pendidikan tinggi seseorang dapat memiliki pekerjaan yang menjanjikan, dipandang oleh masyarakat sebagai dan dapat berperan dalam kemajuan masyarakat. mementingkan pendidikan untuk meningkatkan situasi ekonomi dan sosial mereka. Masalah yang muncul dan perlu dikritisi adalah, jika orang percaya bahwa pendidikan dapat meningkatkan status dan kehidupan seseorang, mengapa ada begitu banyak kasus yang berkaitan dengan pengangguran dengan pencapaian pendidikan dan bahkan meningkat?

Dari pertanyaan tersebut, penulis mencoba , Pendidikan dan Mobilitas Sosial serta meningkatnya kasus pengangguran pendidikan untuk dianalisis dan dibahas kembali. Pendidikan adalah anak tangga penting di tangga mobilitas. Sebagaimana disebutkan , pendidikan dapat meningkatkan status sosial seseorang. Ini karena pendidikan itu sendiri memainkan peran penting bagi Anda dan masyarakat setempat. Hal ini terlihat pada fungsi struktur lembaga pendidikan. Dalam salah satu dari tulisannya, Rafil Karsidi menyebut berbagai fungsi lembaga pendidikan yang terkait dengan realitasnya. Fungsi-fungsi ini diringkas di bawah ini: Lembaga pendidikan mempersiapkan seseorang untuk suatu pekerjaan.

Jika Anda melihat proses pendidikan selama berabad-abad, jelas bahwa kemajuan pendidikan berjalan seiring dengan kemajuan ekonomi. Mahasiswa lulusan diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sebagai Sarana Penularan Budaya Fungsi pewarisan budaya masyarakat kepada siswa menurut Vembrianto (1990) dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

(1) mentransmisikan pengetahuan dan keterampilan; dan

(2) menularkan sikap, nilai, dan norma. Transfer pengetahuan meliputi pengetahuan bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial, dan penemuan teknologi. Mengenai transmisi sikap, nilai, dan norma masing-masing lembaga dalam konteks karakter sosial budaya, peran dan fungsinya tidak dapat disangkal. Di 4.444 lembaga pendidikan, siswa tidak hanya belajar pengetahuan dan 4.444 keterampilan, tetapi juga sikap, nilai, dan norma. Mengajarkan Peran Sosial        Pendidikan diharapkan dapat menciptakan manusia sosial yang rukun dengan teman sebayanya, meskipun berbeda agama, suku, institusi, dan lain-lain. Anda juga harus bisa beradaptasi dengan situasi sosial yang berbeda.

Selanjutnya mahasiswa diharapkan mampu dan berperan baik dalam berkontribusi terhadap berbagai permasalahan sosial di lingkungannya. Membuka peluang untuk memperbaiki nasib Sejak diperkenalkannya sistem pendidikan yang dapat digunakan secara merata oleh semua kelas sosial di seluruh pelosok negeri secara otomatis telah meruntuhkan tembok kesenjangan sosial dalam masyarakat feodal dan menggantikannya dengan mobilitas terbuka. Sekolah merupakan tempat yang paling strategis untuk menyalurkan kebutuhan mobilitas vertikal dalam stratifikasi sosial masyarakat. 

Penyediaan pekerja untuk pembangunan Bagi negara berkembang, pendidikan dianggap sebagai instrumen yang paling efektif untuk mempersiapkan pekerja produktif untuk mendukung proses pembangunan. Kekayaan alam hanya penting jika didukung oleh pengalaman. Oleh karena itu, manusia adalah sumber utama negara. Menciptakan integrasi sosial Dalam masyarakat yang heterogen dan pluralistik, memastikan integrasi sosial merupakan fungsi yang cukup penting dari pendidikan sekolah. Orang Indonesia mengenal berbagai suku bangsa, masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri, bahasa daerah yang berbeda, agama, pandangan politik, dll. Dalam keadaan seperti itu, risiko disintegrasi sosial sangat besar. Oleh karena itu, tugas terpenting pendidikan dalam lembaga pendidikan adalah memastikan integrasi sosial. Upaya telah dilakukan untuk mencapai hal ini, misalnya, dengan mengajar bahasa nasional dan memberikan pengalaman yang sama melalui kurikulum standar dan buku pelajaran. Kontrol sosial Ketika masalah sosial serumit dan serumit kemiskinan, pengangguran dan kekerasan, di sinilah pendidikan memiliki peran fungsional sebagai kontrol atau stabilisator, agar masalah tersebut tidak berlanjut..[17]

F. Strategi pembaruan pendidikan Islam untuk mencapai mobilitas sosial    

            Strategi reformasi pendidikan merupakan cara pandang baru dalam dunia pendidikan, yang dimulai sebagai alternatif pemecahan masalah pendidikan yang belum sepenuhnya terselesaikan. Oleh karena itu, reformasi pendidikan dilakukan dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada di dunia pendidikan dan sesuai dengan arah perkembangan dunia pendidikan, yang lebih memberikan harapan kemajuan di masa yang akan datang. Dalam proses perubahan, pendidikan setidaknya memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Pendidikan akan mempengaruhi perubahan sosial, dan 2) Pendidikan harus memberikan kontribusi yang optimal terhadap proses transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani. . Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan sesuai rencana dengan langkah strategis, yaitu, "mengidentifikasi berbagai masalah yang menghambat penyelenggaraan pendidikan dan merumuskan langkah-langkah reformasi secara lebih strategis dan praktis sehingga berada dalam bidang. " langkah tersebut harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan rencana akan dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu membentuk pelatihan SDM cerdas yang memiliki keterampilan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas manusia Berkontribusi pada proses transformasi ilmu pengetahuan dan pendidikan dan dapat diterapkan dalam kehidupan.[18]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun