menghalangi orang untuk pindah.
4. Faktor-faktor pribadi
Sedangkan faktor dalam pribadi mempunyai peranan penting karena
faktor-faktor nyata yang terdapat di tempat asal atau tempat tujuan
belum merupakan faktor utama, karena pada akhirnya kembali pada
tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan
kecerdasannnya.[13]
C. Hubungan Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial
Pendidikan dipandang sebagai cara untuk mencapai posisi yang lebih baik di masyarakat. Semakin besar pelatihan yang dicapai, semakin besar harapan untuk mencapai tujuan ini. Oleh karena itu, ada kemungkinan kelas sosial superior. Pendidikan dipandang sebagai kesempatan untuk berpindah dari satu kelas ke kelas yang lebih tinggi. Pendidikan adalah jalan menuju mobilitas sosial, kata mereka. Pada zaman dahulu, faktor keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang, yang sulit ditembus karena sistem kelas yang ketat. Banyak pemimpin dalam pendidikan mengandalkan efektivitas pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib mereka sendiri. Dengan memperluas dan menyelaraskan pendidikan, batas-batas antar kelompok sosial akan mencair. Harapannya, kesempatan belajar yang sama akan membuka jalan bagi setiap siswa untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Kewajiban belajar atau pendidikan umum memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama kepada semua siswa dari semua kelompok sosial . Dengan demikian, perbedaan kelas sosial berkurang, meskipun mereka tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Kenyataannya, cita-cita tersebut tidak mudah untuk dicapai Mobilitas sosial melalui pendidikan Pendidikan merupakan tahapan penting dalam tangga mobilitas.[14]
Â
      Bahkan jenis pekerjaan kecil bergaji tinggi sulit didapat kecuali seseorang dapat membaca instruksi dan melakukan aritmatika sederhana. Di banyak perusahaan dan perusahaan industri tidak hanya satu, tetapi dua manajer mobilitas: satu berakhir di posisi mandor, lainnya dimulai dengan posisi "program pengembangan eksekutif" dan berakhir dengan posisi manajer. Menaiki tangga mobilitas kedua tanpa ijazah sekolah menengah jarang terjadi. Diasumsikan bahwa peluang mobilitas bagi 4.444 anak kelas menengah dan bawah semakin besar semakin tinggi tingkat pendidikannya. Ternyata hal ini tidak selalu terjadi ketika pendidikan terbatas pada pendidikan menengah. Jadi kalaupun wajib belajar ditingkatkan menjadi Abitur, masih dipertanyakan apakah mobilitas sosial akan meningkat dengan sendirinya dengan . Kecil kemungkinan akan terjadi perluasan mobilitas sosial, sebagaimana terpantau pada pada ijazah tinggi. sekolah yang tidak lagi memberikan seseorang mobilitas yang lebih besar. Namun, pendidikan tinggi masih dapat menawarkan mobilitas, bahkan jika jumlah lulusan perguruan tinggi turun menjadi , jaminan sertifikat untuk meningkatkan status sosial. Strategi Pembaharuan Pendidikan untuk mencapai mobilitas sosial Pada dasarnya, pendidikan hanyalah sebuah standar.