"Kecuali kura-kura itu mau mati telanjang."
Senja tertawa kecil. Ia lalu duduk dengan tegap. Meraih kedua tanganku lalu mencium pipiku.Â
"Aku mencintaimu dalam warasku dan gilaku," katanya, "Jangan tinggalkan aku dan jangan biarkan aku meninggalkanmu meskipun aku sangat menginginkannya. Karena itu pasti bukan aku."
"Dan aku menerima keduanya. Dan aku tidak akan meninggalkan rumahku."
Kemudian, Senja berdiri. Ia meraih tanganku untuk membantuku berdiri. "Meskipun aku adalah rumahmu, kita tetap harus pulang ke rumah. Banyak hal yang ingin aku lakukan setelah sebulan tidak bersamamu."
Lalu, Senja melaju di depanku dengan langkah panjang-panjang---tentu saja ia kesulitan. Sepertinya, kali ini aku akan bisa melihat daun telinganya sambil membuka misteri-misteri kehidupan kami yang akan muncul satu persatu esok hari dan esoknya lagi. [*]
LJ-2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H