Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tenggelam di Langit #12

26 September 2018   08:36 Diperbarui: 26 September 2018   08:48 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubaca dari selembar koran lokal yang tertinggal di pos empat pendakian, walikota Karagan meraih penghargaan level internasional. Indeks kebahagiaan kota meningkat tajam.

Aku, panglima gagal yang tidak akan lagi dibutuhkan. 

Kebaikan bersama tidak bisa terbangun dengan ego satu atau segelintir orang. Tak ada yang salah mundur teratur demi kemenangan seluruh pasukan. Mempercayakan panji peperangan pada panglima lain yang lebih mampu memimpin Karagan. 

Tanpa paksaan, aku menyerahkan diri untuk dieksekusi tiang gantungan. Aku terkenang karena menyerah, tapi itu bukan masalah.

Orang-orang akan melupakanku dengan mudah.

"Pak Jay!" Sapaan seorang pemuda terdengar dari arah matahari terbenam. Kaku, aku membalas lambaian tangannya. Memanggul cangkul, ia berlari ke arahku.

Tiga tahun berlalu sejak Mandala bersemayam di alam barzakh. Dengan badan semakin kurus dan kulit menggelap, aku benar-benar tampak seperti dia. Wajar. Di sini, Wira Jayanto bukanlah siapa-siapa.

"Dari mana saja? Sehat? Hampir dua bulan tidak kelihatan. Tapi tenang, sayur-sayuran Pak Jay sudah saya urus seperti anak sendiri," ujarnya riang seraya menyalamiku.

"Alhamdulillah. Habis bertapa di dalam gua," jawabku bercanda.

Penuh semangat, pemuda itu mengajakku ke rumah kepala desa. Katanya, seluruh warga pasti ingin menyambut kemunculan seorang tokoh yang dirindukan. 

Meski terkesima, aku menolak. Bukan hanya karena mereka salah orang, tapi aku yakin Mandala akan melakukan hal yang sama. Pujian dan perhatian selalu membuatnya tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun