Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tenggelam di Langit #12

26 September 2018   08:36 Diperbarui: 26 September 2018   08:48 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berpamitan, aku melanjutkan langkah. Fokus menatap pintu berukir MJ di ujung jalan. Termenung. Lenyap dua bulan dari aktivitas rutin perkebunan tidak kulakukan tanpa alasan. 

Tapi, aku harus menyebutnya apa? Firasat, isyarat, atau pertanda dari semesta?

Aku butuh jeda untuk memikirkan lagi perihal entitas Wira dan Mandala. Kupikir, ditopang ratusan manusia dan hamparan ekosistem yang telah mampu berbagi ruang, tiba saatnya bagi panglima selatan untuk menanggalkan baju besi yang telah usang.

Aku menahan nafas. Di gubuk tua ini, cuma ada debu dan batas waktu.

Penyebab, hanya perantara suatu kehendak. Kekuatan yang menggerakkan aku menuju Mandala, serta langkah Reno mencari aku. Daya yang amat kita kenal, namun terpendam. 

Nyatanya, lima tahun menghirup keheningan, belum cukup bagiku menggali substansi yang kucari-cari.

Aku tidak ingin pergi, tapi kabut gunung membawa kabar lain. Kehadiran Reno menggugat sunyaruri yang kureka sendiri. Lebih baik dianggap mati, karena tak ada tempat bagi seorang pengkhianat. 

Seharusnya aku tahu, sauh untukku berlabuh tak pernah berada jauh. Tami, istriku. Reno dan Sita, anak-anakku. Merekalah tambatan bagi perahu tua yang lelah merambah samudera.

Penyesalan kah ini? Bukan.

Ini pengakuan atas salah yang mengharuskan aku kalah. Dan, atas kalah yang menjadikan aku berserah. Menjatuhkan batu-batu yang membebani saku. 

Menampik gravitasi. Terbang. Melewatkan awan-awan. Tenggelam, jauh di kedalaman lubang hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun