Mohon tunggu...
Popi Fitriani
Popi Fitriani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 - SMAN 1 Padalarang

don't compare urself to other.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dua Jalan yang Berbeda

1 Maret 2022   01:23 Diperbarui: 1 Maret 2022   01:50 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mau disuapin?" tanyaku.
Naura mengangguk. Dari yang aku lihat, Naura memang sangat lemas. Badannya panas, berkeringat, dan agak menggigil.

"Dingin?" tanyaku lagi.

"Iya, Kak," akhirnya ada kata yang keluar dari bibir Naura.

Aku berhenti menyuapi Naura dan pergi ke arah kamarku, mengambil selimut tambahan untuknya.

"Kak" panggil adikku.

"Kenapa, dek?"

"Ayah sama ibu kenapa? Kok tadi adek denger ayah marah ke ibu?"

Aku terkejut. Sekeras apa suara ayah sampai terdengar ke kamar Naura?

"Engga, ayah cuma bercanda sama ibu," aku mencoba menenangkan Naura. "Nih makan lagi biar cepet sembuh,"

Naura mengangguk. Setelah itu Naura meminum obat warung yang sudah ibu beli. Aku benar-benar berharap Naura bisa cepat sembuh. Aku tidak tega melihatnya, dan aku juga tidak bisa memaksa ayah untuk membawa Naura ke rumah sakit.

Menurutku ucapan ayah tadi pagi ada benarnya. Pengeluaran ayah dan ibu tahun ini sedang banyak-banyaknya. Sekarang aku hanya bisa berdoa agar obat warung itu bisa membawa kesembuhan pada adikku. Tapi apabila dalam seminggu keadaan Naura tidak ada kemajuan, aku yang akan bicara pada ayah supaya Naura dibawa ke rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun