Mohon tunggu...
Popi Fitriani
Popi Fitriani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 - SMAN 1 Padalarang

don't compare urself to other.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dua Jalan yang Berbeda

1 Maret 2022   01:23 Diperbarui: 1 Maret 2022   01:50 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku ikut ibu," ucapku tanpa ragu. Aku hanya mengikuti kemana Naura akan pergi.

"Ya sudah jika kamu maunya begitu. Ayah benar-benar minta maaf. Bukan karena ayah tidak sayang kalian, tapi hubungan ayah dan ibu memang sudah tidak bisa dilanjutkan lagi,"

Aku bisa merasakan ketulusan dari ucapan ayah. Aku tau ayah sungguh-sungguh menyayangi aku maupun Naura. Aku menangis lagi. Kali ini aku menangis bukan karena marah, tapi karena sedih harus merelakan salah satu dari kami harus keluar dari rumah ini, yaitu ayah. Ayah memelukku, mengusap pucuk kepalaku. Ayah juga menangis, ternyata ayah tidak sekuat itu.

Malam itu kami bertiga menangis bersama. Walaupun berat, tapi mungkin ini memang sudah jalannya.

Hari persidangan pun datang. Sidang berjalan dengan sangat lancar dan tanpa hambatan. Aku melihat ibu dan ayah berpelukan untuk terakhir kalinya, sebelum mereka menjalani kehidupan masing-masing. Aku tersenyum, dan ikut memeluk mereka.

Satu tahun berlalu. Seperti biasa aku mengantar kue kepada para pelanggan setia toko kue ibuku. Semenjak orang tuaku cerai, ibu mulai membuka toko kue, impian nya sejak dulu. Tokonya benar-benar ramai, apalagi saat apa perayaan-perayaan. Pasti laku keras.

Ayah sekarang tinggal di kota yang beda denganku. Aku dan ayah masih sering berkomunikasi. Ayah juga masih membiayai kehidupan kami setiap bulannya. Dengar-dengar ayah sudah dapat pekerjaan baru.

Kalau Naura, ia sudah masuk SD. Ia sangat lucu saat memakai baju seragam merah putih yang kebesaran. Setiap mau pulang sekolah, pasti dia selalu menceritakan semua kejadian yang ada di sekolah. Naura masih belum tau orang tuanya bercerai, ibu hanya bilang kalau ayah sedang kerja di luar kota. Mungkin saat usianya sudah siap, baru ibu akan bilang padanya.

Sedangkan aku, aku membantu ibu menjalani bisnis toko kuenya. Setiap hari kami sangat sibuk. Selain itu, tahun ini aku berencana untuk kuliah. Aku ingin menggapai mimpiku yang tertahan di tahun kemarin. Aku rasa kehidupanku yang sekarang semakin baik tiap harinya. Aku juga bisa melihat ibu lebih bahagia dari sebelumnya.

Mungkin ini memang jalan terbaik bagi kami semua? Aku tidak tau. Yang pasti untuk saat ini, aku bahagia. Dan aku tau ibu dan ayah juga tidak menyesal atas keputusan mereka. Aku hanya berharap di kehidupanku yang akan datang, akan datang lebih banyak kebahagiaan dibandingkan kesedihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun