Mohon tunggu...
Rezha Rizqy
Rezha Rizqy Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi

Perempuan introvert yang kadang mengalami distraksi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Topeng

28 September 2015   02:54 Diperbarui: 28 September 2015   02:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa, Mbah? Duniaku?” Ihsan memelototkan tak percaya mendengar kalimat yang barusan didengarnya.

“Ya. Duniamu. Hartamu, istrimu dan anakmu!”

“APA?! Tapi… Mana mungkin aku menelantarkan istri dan anakku?” Ihsan sedikit ragu.

“Kamu mau topengmu diperbaiki, kan? Kamu mau hidupmu lebih baik lagi, kan?” Ihsan tak punya pilihan lain. Maka dibulatkan tekadnya untuk melaksanakan nasehat Mbah Khojin. Ihsan buru-buru berpamitan. Dipancangkan niatnya untuk kembali menggelar sajadahnya di atas lantai yang dingin di malam yang panjang. Berbincang dengan Tuhan dan memohon ampun kepada-Nya.

***

 Istrinya heran melihat perilaku suaminya yang berubah. Biasanya yang bangun pagi untuk persiapan membuka toko, kini bangunnya lebih awal lagi. Duduk terpekur lebih lama di atas sajadah hijau miliknya dan tak kunjung beranjak.

“Tuhan, kasih aku solusi!” Begitulah kiranya doanya.

Seminggu berlalu dan perilaku Ihsan masih seperti itu hingga matahari sepenggalah. Kadang disempatkannya untuk menunaikan dhuha di akhir duduk panjangnya. Akibatnya toko jadi buka agak siang, banyak pelanggannya yang kecewa, pegawainya juga banyak yang menyesalkan perbuatannya. Hakim, anaknya yang bersekolah di pusat kota jadi sering ikut berangkat bersama tetangganya. Karena ayahnya tak lagi sempat mengantarnya. Melihat semuanya kacau, istrinya sering uring-uringan, namun tak pernah digubris oleh Ihsan.

Tepat pada hari kedua belas, dilangkahkan kakinya keluar dari rumah pada suatu malam yang dingin. Menuju rumahnya di desa, mengikuti saran Mbah Khojin untuk meninggalkan dunianya. Maka, Mbah Khojin manakala melihat Ihsan pulang demi mengikuti sarannya, banggalah hatinya.

“Masihkah Kau marah kepadaku, Tuhan? Kenapa Engkau nggak kasih solusi untuk topeng yang retak itu?” Lanjutnya.

Sebulan berlalu, Ihsan masih sering terpekur menatap sajadahnya. Tak lagi digubrisnya keadaan istri dan anaknya. Bahkan dia tak mendengar kabar kalau istrinya akan melahirkan beberapa hari ke depan. Dia tak juga mendengar kabar tentang tokonya yang semakin kacau, hingga akhirnya Pak Imam terpaksa menutup tokonya beberapa saat sambil menunggu Ihsan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun