“Dok, apakah aku memang benar-benar gila?” tanyaku di sela-sela sengguk.
dr. Jalal menggeleng.
“Lalu, mengapa aku bisa berada di sini?”
“Itu pertanyaan yang amat bagus, Anna, dan itu menandakan bahwa kamu masih waras. Hanya saja ada beberapa waktumu tercuri oleh kepribadian yang lain, yang menjadikan dirimu tak bisa menjadi dirimu yang sebenarnya.”
“Maksud dokter, aku benar-benar menderita MPD?” tanyaku dengan agak memburu.
“Ternyata kamu lebih cerdas dari dugaanku, Anna. Kamu amat waspada dengan lingkungan yang asing bagimu, sampai-sampai kamu mengumpulkan semua data dengan segala keterbatasanmu saat ini. Kamu pasti telah melirik berkas saya, bukan begitu?”
Aku mengangguk.
“Itu diagnosa awal ketika kamu diserahkan ke rumah sakit ini.”
“Diserahkan? Oleh siapa?” tanyaku penasaran
“Seseorang yang menjadi wali sekaligus pengampumu, dia tak ingin disebut namanya.”
Wali? Pengampuku? Siapa? Tanpa sadar aku bertanya-tanya sendiri.