"Tidak perlu kamu uraikan secara detail alasan asli yang kamu miliki, intinya ... segera tinggalkan tempat itu, sebelum sepupumu balik ke rumah. Kalau tidak, Suster khawatir ... malapetaka itu bisa saja kapan pun terulang kembali. Melihat Angi masih di rumah itu, pasti akan menimbulkan kesal. Padahal, emosi dan hati sepupumu itu harus tetap dijaga agar sestabil-stabilnya. Menurut Suster, sih ... jalan satu-satunya kamu harus kembali pada kami!"
"Ada dua pilihan. Kamu bisa mengabdi di susteran, di asrama ini, sambil bantu-bantu mengawasi anak-anak asrama, mungkin memberi les buat anak-anak SMP atau SD. Bisa juga membantu-bantu urusan konsumsi. Nah, silakan pilih sesuai minatmu saja!" lanjut sang biarawati dengan lembut dan berwibawa.
"Kalau di panti, apakah masih ada peluang Angi untuk belajar dengan baik mempersiapkan pemerolehan beasiswa perguruan tinggi, Suster?"
"Oooh, itu! Senyampang kamu bisa mengatur waktu antara belajar dan bekerja, Suster yakin, bisa, kok! Kalau saat guru menjelaskan materi, kamu menyimak dengan sebaik-baiknya, tidak melamun, materi kamu serap maksimal, bukankah di rumah atau asrama tinggal mengulang saja? Intinya, ya ... saat dijelaskan itu kamu pahami. Jika kurang paham, segera tanyakan sampai kamu benar-benarr mengerti!"
"Oh, begitu. Terima kasih banyak atas tips, trik, dan resep belajarnya, Suster! Akan Angi laksanakan sebaik-baiknya!"
 "Hmmm ... kamu, ya! Bisa aja bikin Suster bahagia!" ulas sang Suster tersenyum manis.
***
to be continued
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H