Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harga Sebuah Cium Tangan

3 November 2024   11:24 Diperbarui: 4 November 2024   00:46 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gegas Bu Ida mendatangi bangku Jaelani yang tepat berada di bagian deret kanan depan itu. Ketika Bu Ida melihat-lihat hasil pekerjaan rumah, tetiba Jaelani berteriak sambil memegang punggung tangan Bu Ida.

"Kena! Aku menang!" teriaknya membahana.

Sontak Bu Ida sangat kaget dan mundur selangkah sambil menarik paksa tangan kanan beliau. Seisi kelas pun gaduh. Tertawa sambil bersorak-sorak bangga.

"Hidup Jaelani! Hidup Jaelani!" teriak seisi kelas hingga kelas lain pun mendengar teriakan mereka.

Raut wajah Bu Ida tampak tersipu dan mendadak sontak memerah bak cumi-cumi rebus!

Jaelani secepat kilat segera bersimpuh di bawah kaki Bu Ida yang berdiri di depan kelas. Jaelani meringkuk di kakinya sambil memohon ampun.

"Maaf, Bu! Saya sangat butuh hadiah itu karena ...."

Bu Ida tersentuh oleh permohonan ampun Jaelani. Beliau gegas memberdirikannya sambil mengangguk.

"Sudah ... sudah. Ini ada apa sebenarnya? Kamu ada apa?" tanyanya menyelidik.

"Saya ingin ngijing ... memperbaiki nisan kedua orang tua saya dengan uang lomba ini," jawab Jaelani  berkaca-kaca.

"Maafkan saya, Bu!" pintanya mengiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun