"Satu juta!" sahut Ulin cepat.
Baginya, uang sejumlah itu gampang dicari. Ia tinggal menadahkan telapak tangan, pasti kedua orang tuanya yang pengusaha segera memberinya. Tanpa pertanyaan apa pun! Bukankah dia putri semata wayang?
Anton terhenyak!
"Ulin?" tatapnya membelalak.
"Ya, kita patungan! Aku satu juta, kamu juga satu juta! Setuju?"
Ulin tersenyum. Terbentuk lesung di kedua pipinya yang membuat dua pemuda itu terkesima.
"Ah, manis juga gadis ini ...," pikir Jaelani.
*** Â
Jam setelah istirahat kedua merupakan jam terakhir. Para siswa dengan menahan kantuk mencoba menghimpun kekuatan. Setelah makan siang, memang umumnya kantuk mendera sebagian siswa. Karena itu, guru-guru pun sepakat untuk menggunakan trik hingga mata kantuk siswa terusir sempurna.
"Selamat siang, Anak-anak!" sapa Bu Ida dengan ramah.
Tampak raut wajah beliau cerah tidak seperti apa yang mereka bayangkan sebagai guru yang terkenal killer.
Di tengah pelajaran, tetiba Jaelani mengacungkan tangan kanan, memohon sang guru berkenan datang ke bangkunya.
"Bu, kalau jawaban seperti ini ... bagaimana?" tanya Jaelani berharap.