Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mimpi Masa Muda

12 Juni 2024   19:31 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Aku akan membeli sendiri kendaraan bermotor seperti itu. Namun, aku tidak akan berharap suamiku membelikannya. Aku akan berusaha membeli sendiri! Meski jelek hasil keringat sendiri itu lebih bagaimanaaaa ... gitu!" demikian tekadku sambil merenung berandai-andai.

Oh, iya ... pada awal-awal dinasku di suatu sekolah swasta, aku juga menyambil di sekolah lain yang siswanya terkenal amat badung. Entah apa tujuan mereka, tetapi aku berusaha positive thinking sajalah. Saat itu aku bersepeda motor dengan pelan, dan tetiba sebuah mobil jeep berupaya menjejeriku juga dengan pelan-pelan. Jeep hardtop yang berisi beberapa pemuda berseragam sekolah.

Tetiba dari jendela beberapa kepala melongok sambil memberi salam seolah mereka koor, "Selamat siang Kakak Guru Jelita," sapa mereka serempak.

Gegara ulah mereka, hampir saja aku celaka. Duuhhh, mereka memang genk yang gemar menggoda guru muda, entah bertujuan mencobai kemampuan guru atau bagaimana. Tukang bikin kisruh, pokoknya! Padahal, aku sudah memperkenalkan diri di kelasnya sebagai ibu yang memiliki dua balita.

"Naik mobil saja Kak Guru agar tidak kepanasan dan kehujanan," lanjut salah satu dari mereka sambil tertawa ceria. Ini menghina atau apa ya ... , tetapi tetap kusikapi slow dengan gaya low profile  saja sambil sedikit berharap Tuhan mengabulkan saran mereka, amin! Bukankah kata-kata itu doa?

Tersenyum semanis mungkin sambil mengangguk, itu yang bisa kulakukan menanggapi ulah mereka.

"Don't worry be happy ...," bisikku menghibur diri.

***

Selain Om Eddy yang mengajariku bersepeda motor ketika di desa, aku juga memiliki saudara sepupu yang lain. Sepupuku kali  ini adalah Om Sukarsono, biasa disapa dengan Om Son. Kakak sepupuku itu bekerja sebagai kolektan, bertugas menagih utang para costumer dari kantornya. Katanya sih, mereka membeli kendaraan roda empat dengan cara mencicil alias kredit. Nah, Om Son sering menangani kredit macet yang dilakukan oleh costumer.

Aku kurang begitu paham dengan pekerjaan kakak yang kupanggil Om itu. Biasa, agar anak-anak juga memanggilnya Om.  Akan tetapi, yang kutahu kakak sepupuku selalu mengendarai sendiri kendaraan pribadi dari Surabaya ke Malang. Costumer beliau tinggal di daerah Kabupaten Malang sehingga sekalian singgah di rumah kami.

Hari itu dia bilang mengambil cuti dan mau refreshing ke Batu bersama anak-anakku. Anak-anak belum pulang dari sekolah sehingga Om Son mengajakku untuk melihat-lihat perumahan. Dia  juga ingin mencari kreditan rumah mungil untuk tetirah di kotaku ini. Jadilah kami seolah-olah akan membeli sebuah rumah. Namun, tiba-tiba Om Son memberhentikan mobil di tepi jalan perumahan yang sepi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun