Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minem

31 Mei 2024   20:06 Diperbarui: 31 Mei 2024   20:40 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***  

Siang itu sekitar pukul dua, waktunya orang tidur atau istirahat siang. Suasana rumah sangat sepi. Apalagi hari Minggu karyawan yang indekos di samping rumah rupanya juga tidak berada di tempat.

Minem bingung hendak mengerjakan apa. Bengong. Sementara, Yu Mun dicari-cari juga tidak ada. Karena itu, Minem berkesempatan melihat-lihat ruangan di dalam rumah besar sang juragan. Tiba-tiba, Minem mendengar kembali suara-suara aneh seperti yang semalam. Akan tetapi, arahnya bukan dari kamar yang digunakannya tidur berdua dengan Yu Mun, melainkan di kamar dalam. Kamar juragan, sepertinya.

Minem mengendap-endap menuju kamar yang kebetulan pintunya sedikit terbuka. Hanya ada kelambu yang melambai, bergoyang-goyang ditiup angin. Kelambu yang terbuat dari kain tipis, transparan, dan berbunga-bunga sangat indah.

Minem penasaran. "Bunyi-bunyi apaan, sih?" pikirnya.

Dikuaklah dengan hati-hati kelambu tipis itu. Diintipnya baik-baik ada apa di dalam kamar yang mencurigakan itu.

"Astaga!" serunya langsung menutup mulut sendiri secara spontan.

"Mengapa mereka berdua bergulat tanpa selembar kain penutup raga? Mengapa juragan memperlakukan Yu Mun dengan kasar hingga menjerit-jerit begitu? Mengapa? Apakah ini penyiksaan fisik?" batinnya dengan mulut ternganga.

Berjuta pertanyaan bergelayut di kepala anak desa ingusan yang belum paham dunia orang dewasa itu. Maklum anak udik lulusan SD kemarin sore! Belum terpapar internet seperti anak zaman now!

Ketika Minem masih mematung di ambang pintu, tetiba dia dengar tawa dari dalam kamar. Ya, mereka berdua tertawa-tawa. Dengan napas masih ngos-ngosan keduanya kembali bergumul.

Kembali Minem terkaget-kaget.  "Loh, mereka kok seperti senang, ya? Padahal tadi ... merintih-rintih? Aneh!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun