Raut muka Minem keheranan. Dengan seribu tanya di kepala, berjingkatlah dia segera meninggalkan kamar maksiat itu menuju kamar yang disediakan untuk dirinya bersama Yu Mun.
Minem menduga-duga, mereka berdua sedang melakukan hal yang dilarang oleh agama. Dia juga yakin juragan putri tidak pernah menduga kalau si suami melakukan hal buruk itu kepada Yu Mun. Istri yang sering bepergian itu seolah membuka peluang bagi kedua orang itu untuk menyeleweng. Sementara, Yu Mun pun begitu pandai berpura-pura.
Mereka berdua telah berkhianat. Sekalipun  Minem tahu, tidak ada niatan di hati untuk membocorkan rahasia besar yang sudah disaksikan sendiri di depan mata. Minem tahu, itu bukan urusannya. Bahkan, Minem yang semula tidak tahu-menahu urusan ranjang, menjadi tahu sejelas itu. Dia merasa adegan panas dan tidak pantas itu tidak perlu diobral kepada siapa pun. Malu.
Menyesal dia telah menyaksikan perbuatan nista tersebut, tetapi apa mau dikata. Itu juga bukan disengaja. Kebetulan. Ya, kebetulan, tetapi bukan sesuatu yang bisa dibenarkan.
***
Benar kata Yu Mun, seminggu kemudian Minem sudah bisa melaksanakan tugas kerumahtanggaan. Dia sangat bangga karena kini bisa mencuci dengan baik, menyeterika sampai licin. Bahkan, pekerjaannya mendapat pujian dari beberapa karyawan yang indekos di rumah sebelah. Minem pun memperoleh tips dari mereka yang bajunya disetrikakan.
Minem sangat senang. Tugas utamanya mencuci dan menyeterika ternyata menghasilkan uang sehingga bisa dia tabung.
Enam bulan telah berlalu. Tetiba, Yu Mun pamit hendak pulang kampung. Alasannya orang tua sakit, jadi mau merawat mereka. Dia berjanji kalau sudah sembuh akan kembali. Sekolahnya pun berhenti dulu sampai tahun depan mengulang, katanya.
Juragan putri sangat kaget dengan berita mendadak itu. Namun, beliau bersyukur, masih ada Minem yang sudah bisa diandalkan sebagai pengganti. Jadi, tidak mempermasalahkan kepulangan Yu Mun.
Rencananya, Yu Mun akan pulang besok pagi karena pengurusan administrasi di sekolah sudah beres. Status terminal dulu, katanya. Namun, juragan putri harus ke luar kota sore itu dan meminta Yu Mun menunda kepulangan sampai beliau datang.
***
Malam itu, setelah packing semua barang miliknya, Yu Mun meninggalkan kamar dengan mengendap-endap. Meninggalkan Minem yang sebenarnya tidak bisa tidur.
Minem tanggap. Dia mengikuti ke mana Yu Mun pergi. Ternyata, menuju kamar juragan. Karena gegabah, Yu Mun lupa. Dia tidak mengunci pintu kamar itu. Dengan demikian, Minem bebas melihat dan mendengar semua pembicaraan mereka.