*** Â
Siang itu sekitar pukul dua, waktunya orang tidur atau istirahat siang. Suasana rumah sangat sepi. Apalagi hari Minggu karyawan yang indekos di samping rumah rupanya juga tidak berada di tempat.
Minem bingung hendak mengerjakan apa. Bengong. Sementara, Yu Mun dicari-cari juga tidak ada. Karena itu, Minem berkesempatan melihat-lihat ruangan di dalam rumah besar sang juragan. Tiba-tiba, Minem mendengar kembali suara-suara aneh seperti yang semalam. Akan tetapi, arahnya bukan dari kamar yang digunakannya tidur berdua dengan Yu Mun, melainkan di kamar dalam. Kamar juragan, sepertinya.
Minem mengendap-endap menuju kamar yang kebetulan pintunya sedikit terbuka. Hanya ada kelambu yang melambai, bergoyang-goyang ditiup angin. Kelambu yang terbuat dari kain tipis, transparan, dan berbunga-bunga sangat indah.
Minem penasaran. "Bunyi-bunyi apaan, sih?" pikirnya.
Dikuaklah dengan hati-hati kelambu tipis itu. Diintipnya baik-baik ada apa di dalam kamar yang mencurigakan itu.
"Astaga!" serunya langsung menutup mulut sendiri secara spontan.
"Mengapa mereka berdua bergulat tanpa selembar kain penutup raga? Mengapa juragan memperlakukan Yu Mun dengan kasar hingga menjerit-jerit begitu? Mengapa? Apakah ini penyiksaan fisik?" batinnya dengan mulut ternganga.
Berjuta pertanyaan bergelayut di kepala anak desa ingusan yang belum paham dunia orang dewasa itu. Maklum anak udik lulusan SD kemarin sore! Belum terpapar internet seperti anak zaman now!
Ketika Minem masih mematung di ambang pintu, tetiba dia dengar tawa dari dalam kamar. Ya, mereka berdua tertawa-tawa. Dengan napas masih ngos-ngosan keduanya kembali bergumul.
Kembali Minem terkaget-kaget. Â "Loh, mereka kok seperti senang, ya? Padahal tadi ... merintih-rintih? Aneh!"