Seminggu aku bersantai-santai di rumah. Menikmati waktu bersama Ibu. Menunggu pengumuman kelulusan.
Sudah saatnya  aku harus pulang kembali ke kostan. Seminggu lagi pengumuman kelululusan. Aku berharap tidak ada halangan, bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu.
Bapak dan Ibu tidak mengantarku ke terminal. Bapak sedang tidak sehat. Sepertinya Bapak sedikit tertekan dengan gagalnya perjodohanku.
Aku memilih diantar ojek untuk sampai di  terminal. Beberapa bis besar antarpulau Jawa keluar masuk melalui gerbang utama.
Menunggu hampir satu jam setengah, bis yang akan membawaku kembali ke Jakarta baru datang. Bergegas tas-tas dan bawaan penumpang diletakkan di bagasi. Sejam kemudian bis membawa semua penumpang melaju.
Jarum jam menggelinding, beberapa penumpang sudah mulai mendengkur. Mataku masih nyalang, kantuk belum mau  datang.
Pikiranku mengembara, merangkai langkah apa lagi yang harus kulakukuan. Aku harus fokus dengan tujuan, harapan dan cita-citaku. Aku hanya ingin membahagiakan Bapak dan Ibu.
Menunggu pengumuman ternyata sangat menyiksa. Â Rasa cemas, risau dan takut berjubel-jubel memenuhi perasaanku.
Untung Bastian banyak mengalihkan kecemasanku. Bastian sering mengajakku berburu buku-buku bekas di Kwitang. Sedilit banyak kecemasanku terobati.
Hari yang di tunggu tiba. Pagi-pagi aku sudah bersiap dari kostan. Perjalanan menuju kampusku terasa lebih lama. Angkutan yang kutumpangi berjalan pelan seperti kura-kura. Entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.
Ternyata di depan papan pengumuman Fakultas Kedokteran sudah banyak berkumpul mahasiswa. Mereka bertujuan sama denganku. Melihat pengumuman kelulusan.