Sayang, tentu kau masih mengingat lekat, Â bunyi puisi itu
Yang karenanyalah kau dan aku, memutuskan berikrar untuk bersatu
Menjadi satu yang tak semata karena di paksa keadaan
Tetapi oleh lahirnya sebentuk kesadaran
Dalam satu yang tak di paksa-paksakan, demi alasan persatuan
Dalam satu yang tak saling menghilangkan, demi alasan keseragaman
Karena puisi itu bukanlah perjanjian untuk saling meniadakan
Melainkan kesepahaman untuk temukan kesatuan di dalam keberagaman
Sayang, meski kuyakin kau tak akan lupa isi puisi itu
Tetapi aku tak bosan mengulang membacanya di depanmu
Mengisikan bebisik batin jadikannya bak doa-doa