"Tidak ada, Mbok. Apa ada temanku yang datang?"
Mbok Nah menggelengkan kepalanya. Andrea panik karena nanti sore dia akan tampil di Cafe Kenanga. Andrea menanyakan gitar itu kepada ayah dan bunda yang sedang ada di kantornya masing-masing. Jawabannya mereka sama tidak tahu keberadaan gitar itu.
Siang itu Andrea dan mbok Nah dibuat sibuk mencari gitar. Seluruh bagian rumah sudah diperiksa. Saat Andrea ada di teras belakang, dia mendengar ada suara nyanyian wanita sedang diiringi musik gitar.
Andrea mencari arah suara nyanyian itu. Akhirnya dia melihat Fiska sedang duduk di atas genteng sambil membawa gitar yang dicarinya.
"Fiska! Kamu bikin Abang panik. Turun! Gitarnya mau Abang pakai," teriak Andrea.
Tempat itu memang tempat favorit Fiska. Bagian genteng itu sangat sejuk karena di atasnya ada ranting-ranting pohon mangga menutupi genteng dari terik matahari.
Keusilan Fiska memang kadang membuat Andrea kesal namun dia selalu bisa menahan amarah kepada adiknya. Bagi Andrea Fiska adalah adik semata wayang yang sangat dia sayangi.
Tanpa disadari, Andrea senyum-senyum sendiri mengingat tingkah jahil Fiska.
"Hai! Kamu kok senyum-senyum sendiri," tanya ayah yang sudah berdiri di hadapanku. Bunda berdiri di samping ayah sambil terus menahan tangisnya.
"Apa kata dokter, Yah?" tanya Andrea penasaran.
"Adikmu koma, Drea. Dia harus dirawat di ICU dalam waktu lama," jawab ayah tenang. Aku salut pada ayah yang selalu mampu tenang menghadapi setiap masalah.