Kelompok pada posisi pertama adalah penunggu gunung, sungai, bukit dan lembah, disebut dengan Sang Hyang.
Kelompok pada posisi kedua adalah arwa leluhur disebut dengan Dahyang.
Kelompok pada posisi ketiga adalah pelindung desa, kota bahkan negara disebut dengan Kepudet.
Pada tanggal 19 November 1833 i Biebrich yang berada di tepi
sungai Rhain dekat kota Mainz, lahirlah Wilhelm Dilthey. Dilthey sendiri terhitung ke dalam kalangan atas
yang mapan, karena gaji profesor Jerman lebih dari cukup sehingga dapat mengarahkan diri
pada idealisme dan wawasan liberal.6 Bulhof melukiskan sosoknya sebagai "Seorang yang
khas mewakili kelas para pejabat publik yang selama berabad-abad telah memainkan peran
penting dalam monarki Prussia yang birokratis". Sudah dapat ditebak bagaimana sikap
kalangan ini. Beliau seorang aristocrat intelektual yang memiliki pemikiran kritis terhdap materialism yang dibawa oleh para elite industrial yang sedang naik. Hal ini tentu saja dirasa setelah revolusi 1848 aristokrat intelektual merasa nilai-nilainya terancam oleh para kapitalis dan kelas buruh cenderung pragmatis. Dilthey ingin mengembalikan sejarah dan budaya serta kehidupan mental yang pernah tumbuh damai di masanya.
Namun..sistem politik dan pemerintahan seperti roda sepeda berputar, Dilthey membutuhkan waktu untuk harapannya, mau tidak mau harus menerima masa yang dihadapi, sebuah masa pencerahan.