"Sayang, ayo turun," Mami mengembalikan anganku ketika tampak pintu rumahku telah menyambut kami dengan Mba Tuti di depannya siap membantu kami membawa belanjaan.
"Mikirin apa sih Sayang? Sampai ga sadar kita sudah di rumah," Â tanya Mami semakin penasaran melihatku.
"Nggak ko Mam, mungkin cuma ngantuk aja. Â Mat malam Mami ku yang cuantik," jawabku dan mengakhiri malam ini dengan kecupan sayang di pipi Mami.
Sebelum benar-benar tidur, aku masih saja memikirkan Mami.
***
Sebagian orang membenci hari Senin. Entahlah. Tapi kupikir, hari Senin adalah pintu pertama segala aktivitas kita. Upacara hari Senin kuikuti dengan khidmat. Dengan seragam putih-putih kuawali hari Senin dengan senyum, dan novel yang baru kubeli di bazzar kemarin. Waktu itu mataku langsung tertarik pada sampul buku bertuliskan nama pengarang dengan huruf besar sedangkan judul novelnya sendiri lebih kecil di bawahnya. Tak biasa, pikirku sambil langsung menyambarnya. Dan pagi Senin ini kutenteng novel yang sudah setengahnya kubaca ini ke kantin saat jam istirahat.
"Novel baru lagi, Na?" Tanya Cinta sambil membolak-balik novelku.
"Ya, Cin," jawabku singkat sambil menyeruput es lemon tea kesukaanku.
"Jodi Picoult ini judulnya atau pengarangnya sih, Na? Ceritanya tentang apa? Seru ga?" Tanya Cinta memberondongku.
"Ooow...ampun Cin, satu-satu dong nanyanya. Gini-gini," jawabku sambil menarik napas.
"Awalnya kupikir Jodi Picoult itu judulnya, tapi ternyata dia pengarangnya. Â Sejauh ini sih bagus ya, aku belum selesai. Tapi banyak pelajaran yang kita dapat dari novel ini."