"Siapa namanya?" bisikku pada Lydia.
"Erica," jawabnya ketus sambil meletakkan tangannya di atas pahaku. "Kenapa A suka dia?"
Aku pun pura-pura tak perduli dengan tangannya, "Nggak, cuma nanya."
"UNTUK KESUKSESAN KITA!" Dadang berteriak lantang mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.
Aku balas mengangkat gelas tinggi tinggi.
"Kesuksesan ...?" bisikku lirih.
###
Malam sebelumnya, aku baru tiba di kota Bandung. Seseorang memberikan sebuah rumah kos elit di daerah Padalarang sebagai tempat tinggalku sementara. Di dalam kamar itu terdapat ruang tamu, kamar yang cukup luas dengan kasur busa, kamar mandi dan sebuah dapur kecil.
"Seorang Ciwidey akan menemui kamu segera." Begitu sebuah tulisan yang tergeletak di atas ranjang. "Kalau kau butuh selimut, telepon nomor ini. 08 ..."
Aku berhenti membacanya. Malam itu, aku sedang tidak ingin bercinta. Aku hanya ingin mandi dan merebahkan badan.
Hampir tengah malam ketika suara ketukan pintu menggugah kesadaranku dari tidur di ruang tamu. "Siapa?"
"Ciwidey mas Bro." Terdengar suara dari luar.
Seorang lelaki bertubuh tegap, berdiri di balik pintu. Tanyanya terjulur untuk menyapa. Kuat dan kasar. Sebelah tangannya lain menenteng kantong plastik hitam.
"Aku datang membawa jamuan," ujarnya.