“Wa Alaikum Salam. Dia baik-baik saja, kan?”
“Dia baik-baik saja, Ibu. Tidak ada masalah apapun.”
Sesaat kemudian, Ahmad keluar dari rumah.
“Aku akan kembali ke kota sekarang. Apa kau akan ikut?” tanyanya kepada Ali.
“Aku harus bertemu ayah dulu, Yang Mulia. Sebaiknya Yang Mulia berangkat saja sekarang.”
“Baiklah, tinggalkan seekor kuda untuk Ali.” perintah Ahmad kepada ajudannya. Kusir melepaskan seekor kuda dari kereta dan sang ajudan menyerahkan kuda tersebut kepada Ali.
“Kuda ini tidak ada artinya dibandingkan mesjid yang telah kau bangun.” kata sang ajudan sambil tersenyum kepada Ali. Ali mengangguk mengucapkan terima kasih. Setelah berpamitan kepada Ibunda Ali, Sang Pemimpin kembali ke kota. Ali masuk ke dalam rumah.
“Assalamu Alaikum, Ayah….” sapa Ali di kamar ayahnya.
“Wa Alaikum Salam. Masuklah, Nak. Ayah rindu padamu.”
Ali menghambur memeluk ayahnya. Lalu menangis saat mencium kedua tangan ayahnya yang buntung. “Maafkan aku, Ayah. Maafkan aku……..”
Karim memeluk leher putranya dan mencium kepalanya. “Kau sudah berubah, Nak. Ayah bangga padamu….”