“Baiklah. Sebaiknya kau segera bersiap-siap. Ganti pakaianmu dengan yang lebih bersih. Aku tunggu di kereta kuda.”
Ali bergegas mengganti pakaian. Amir juga berganti pakaian, tetapi tidak buru-buru seperti Ali.
“Amir, kau jaga tempat usaha kita ini sementara aku menjenguk orangtua kita. Sudah beberapa bulan aku tidak bertemu mereka.”
“Baiklah Kak Ali. Salam buat Ayah dan Ibu.” jawab Amir sambil melepaskan jubah kotor-nya. Ali tertegun sejenak. Bekas luka cambukan di punggung Amir terlihat begitu jelas dan sepertinya tidak akan pernah bisa hilang. Ali menarik nafas panjang.
“Bagikan upah para pekerja secara adil, ya…. Aku pamit dulu. Assalamu Alaikum.” kata Ali sambil berjalan ke luar.
“Wa alaikum salam.”
*****
“Ibuu……” seru Ali saat melihat seorang wanita tua keluar dari dalam rumah. Ia segera mencium kedua pipi ibunya.
“Dengan siapa kau kemari, Nak?” tanya sang ibu yang masih keheranan melihat kereta kuda besar di depan rumahnya.
“Aku datang bersama Yang Mulia Ahmad.” jawab Ali.
“Assalamu Alaikum, Kakak. Aku ingin bertemu Kakak Karim. Apakah beliau ada?” tanya Ahmad kepada Ibunda Ali.