Mohon tunggu...
Fernandho Satrianno
Fernandho Satrianno Mohon Tunggu... -

www.pondokmaya.com\r\nnandobase.wordpress.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Putra Sang Pemimpin

15 Oktober 2012   06:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:50 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Eksekusi ini dilakukan bukan untuk orang yang sudah tidak membutuhkan tangannya, Yang Mulia. Tapi untuk orang yang telah mengambil hak orang lain.” Jawab Pak Hakim.

“Ya, anak ini memang telah mengambil harta orang lain. Dan saya berjanji akan mengganti semuanya. Dia anak saya. Dan saya harus bertanggungjawab atas semua tindakannya, di mata semua manusia dan di mata Tuhan.” Karim menggenggam tangan Pak Hakim.

“Saya yakin ia akan berubah, Pak Hakim. Kurunglah ia selama setahun. Akan kukirim seorang guru agama untuk mendidiknya setiap hari. Jika ia tidak berubah, silakan kau potong tangannya. Tapi untuk saat ini, biarlah tangan tua ini menggantikannya.” bujuk Sang Pemimpin.

“Aku minta waktu sejenak, Yang Mulia,” ujar Pak Hakim. Lalu ia berembuk dengan rekan-rekannya.

“Ayah, aku sungguh menyesal. Maafkan aku, Ayah…..”, seru Ali sambil menangis. Karim mendekatinya dan mengelus kepalanya.

“Gunakan tanganmu untuk hal yang berguna, Nak. Jangan lagi kau permalukan ayahmu ini. Cukup sudah…..” ujar Karim lemah lembut. Ali berusaha keras meraih tangan ayahnya, lalu menciumnya.

“Aku tak ingin mereka memotong tangan Ayah. Ayah adalah pemimpin yang bersih. Ayah tak pantas menerima hukuman ini………”

“Baiklah, Yang Mulia. Kami semua setuju dengan pendapat Yang Mulia. Mari kita siapkan peralatan eksekusinya.” ujar Pak Hakim.

“Apa?? Apa yang kalian setujui?? Apa yang akan kalian lakukan??” jerit Ali sambil meronta-ronta saat petugas melepaskan tangannya dari rantai besi. Dengan susah payah, para petugas berusaha menariknya kembali ke ruang tahanan.

“Biarkan dia tetap di sini. Biarkan dia menyaksikan tangan ayahnya dipotong.” perintah salah seorang penasehat kepada petugas. “Ikat dia di kursi yang lain di sini. Menghadap ke arah ayahnya.”

“Tidaaak…… Tidaaaaaaaaaakk………..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun