"Tika...! masakan kamu enak banget!! Sampai terbayang-bayang sama nasi goreng kencurnya! Mau ga sekolah kuliner? Biaya saya yang tanggung" pujinya sambil mengunyah nasi goreng kencur dengan begitu lahap,
Kata sekolah sempat membuatku berbinar.Â
Ya, aku ingin sekali melanjutkan pendidikanku. Tapi aku tidak enak kalau harus membebani Kak Darra. Pasalnya, resto ini saja masih belum balik modal..
***
"Kalau buat teriyaki, kecap asin Jepang yang dipakai, jangan kecap asin Indonesia", kata teman Kak Juwita, Fannan, chef di salah satu restoran bergaya Jepang.Â
"Kenapa, Bang?". Sedari awal teman Kak Juwita ini maunya dipanggil Bang Fannan, menolak keras dipanggil Kak. Apa dia orang Sumatera?
Setiap satu bulan sekali, Wita pasti libur. Aku dan Akila, rekan kerja sekaligus teman baikku, diajak jalan oleh Kak Darra dan Kak Juwita untuk mencoba berbagai resep makanan.Â
Hari itu temanya adalah makanan Jepang, salah satu makanan favorit Kak Juwita. Maka, disinilah aku, sedang diajari oleh Bang Fannan, yang sepertinya senang berbagi ilmu.
"Dua-duanya hasil fermentasi kedelai, tapi kecap asin Indonesia pakai garamnya lebih banyak. Kalau kecap asin Jepang, murni fermentasi kedelai, sehingga rasanya kedelainya lebih kuat".
Aku langsung mengangguk-angguk, sambil mengetik penjelasan Bang Fannan di notes hpku.Â
"Fan, kira-kira menurut lu oke ga, kalau Tika sekolah kuliner? Dia berbakat, kalau gue bilang", Pertanyaan Kak Darra pada Kak Fannan membuatku terkejut. Duh, apa nih jawabannya? Ga oke, jangan-jangan.