"Icip, Tika, sudah pas belum?"
"Kurang gurih, sepertinya, Mba", nadaku agak pelan, takut menyinggung perasaannya.
"Benar, kamu. Lidahmu bagus", pujian Mba Ni benar-benar membuatku melayang. Ia pun menambah kaldu bubuk hingga gurihnya pas.
"Sekarang ayamnya dimasukkan..."
Wah, boleh nih untuk menu di Wita.
**
"Kak Darra, aku kemarin belajar bikin ayam lengkuas. Kalau kita bikin pan chicken, terus nasinya kita taburin bumbu lengkuas, gimana, Kak, pelengkapnya sambal bawang?"
Setibanya aku di restoran Wita, tempatku bekerja, aku langsung menemui atasanku, Kak Darra.Â
"Coba aja bikin, tar kita cicip bareng", sahut Kak Darra antusias.Â
Kak Darra selalu mendukung semua ideku, seakan aku, pemilik saham dari restorannya.Â
Restoran Kak Darra dan Kak Juwita, adiknya, bisa dibilang resto kecil. Ada pengunjung setia, tapi bukan yang ramai sekali.