"Bang Fannan...", ingin sekali aku memeluknya, tapi entah mengapa raut wajahnya menunjukkan ini bukan pertemuan kangen-kangenan.
"Tika, ikut yuk... beberapa jam saja..."
"Kenapa, Bang?" tanyaku penasaran.
"Kak Darra kecelakaan", katanya sambil menggandeng tanganku, supaya aku langsung jalan.
"Kok bisa? Sekarang di rumah sakit mana?", jantungku benar-benar berdegup kencang. Pasti situasinya gawat, kalau engga, ga mungkin Bang Fannan sampai menjemput.
"Meninggal, Tika..."
*
Di rumah duka, Akilla sama sekali tidak bisa berhenti menangis, Kak Juwita pingsan berkali-kali.
Aku kini berlutut didepan peti mati Kak Darra, juga tidak bisa berhenti menangis.
"Mestinya aku bilang Kak Darra gausa datang ke Wita, ujan besar..." Akilla berkali-kali mengatakan penyesalannya.Â
Sore itu hujan begitu deras, bahkan seperti badai.Â