Mohon tunggu...
Ivan NaimadaMusthafa
Ivan NaimadaMusthafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

TERUS SEMANGAT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jiwasraya Aplikasi Pemikiran Jeremy Bentham dan Giddens Anthony

1 Juni 2023   11:40 Diperbarui: 1 Juni 2023   12:15 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bentham juga melihat potensi Panopticon sebagai alat reformasi dan kebangkitan. Dia berpendapat bahwa dengan pengawasan terus-menerus, orang yang melanggar aturan dapat direformasi dengan pembinaan dan arahan yang tepat. Dalam hal ini, Panopticon bertujuan tidak hanya menghukum individu yang melanggarnya, tetapi juga membantu mereka memperbaiki perilaku dan menginternalisasi nilai-nilai yang diinginkan dalam masyarakat.

Selain itu, Bentham juga percaya bahwa sistem Panopticon akan menciptakan keadilan yang lebih baik dalam proses peradilan. Dalam sistem peradilan tradisional, hanya sedikit kasus yang sampai ke pengadilan, sementara banyak kesalahan tidak pernah ditemukan. Di Panopticon, dengan pengawasan tak terlihat, pelanggaran akan terdeteksi lebih efektif, sehingga mendorong pencegahan dan represi yang lebih adil.

Selain itu, konteks sejarah dan sosial juga mendorong Bentham mengembangkan konsep Panopticon. Saat itu, sistem penjara dan pengawasan saat ini dianggap tidak efektif dalam menjaga ketertiban dan mencegah kejahatan. Bentham melihat perlunya perubahan sistem untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan teratur.

Saat itu, masyarakat Eropa sedang mengalami perubahan sosial dan industri yang besar. Pertumbuhan perkotaan, industrialisasi, dan perubahan dalam struktur sosial telah membawa tantangan baru bagi pengawasan dan pengendalian perilaku individu. Dalam konteks ini, konsep Panopticon digagas sebagai solusi atas permasalahan manajemen dan disiplin yang semakin kompleks di masyarakat.

Bentham juga terinspirasi oleh perkembangan arsitektur pada masa itu. Konsep arsitektur Panopticon didasarkan pada gagasan struktur pusat dengan sel tahanan menghadap ke pusat pemantauan. Bentham melihat potensi desain arsitektur ini untuk menciptakan pengawasan terpusat yang efektif di berbagai tempat, termasuk penjara, pabrik, dan lembaga sosial lainnya.

Selain itu, Bentham memiliki gagasan progresif terkait perlakuan terhadap narapidana dan individu yang terlibat dalam sistem Panopticon. Meski mereka terus-menerus diawasi, Bentham menegaskan perlunya memperlakukan mereka secara manusiawi dan menghindari perlakuan tidak adil atau kejam. Pendekatan ini mencerminkan visi Bentham yang lebih luas tentang keadilan dan kesejahteraan sosial.

Dalam kesimpulannya, Jeremy Bentham mengembangkan konsep Panopticon dengan motivasi utama untuk menciptakan sistem pengawasan yang efektif guna tercapainya kontrol dan disiplin sosial dalam masyarakat.  Latar belakang sejarah, pandangan tentang utilitarianisme, perkembangan arsitektur dan pemikiran progresif tentang perlakuan terhadap individu menjadi faktor yang mendorong berkembangnya konsep ini.  Meski kontroversial dan dikritik, konsep Panopticon tetap relevan dalam kajian kekuasaan, kontrol, dan kontrol sosial dalam masyarakat kontemporer.

Konsep Panopticon juga mencerminkan keyakinan Bentham akan peran penting pengawasan dalam membentuk perilaku individu. Dia percaya bahwa dengan pengawasan yang konstan dan tak terlihat, individu akan menginternalisasi norma sosial dan mengatur perilaku mereka sesuai dengan harapan masyarakat.  Menurutnya, pengawasan yang terus-menerus akan menciptakan disiplin yang lebih kuat dan mencegah terjadinya pelanggaran aturan.

Selain itu, Bentham melihat Panopticon sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam institusi. Dalam konteks pabrik misalnya, pengawasan yang tidak terlihat akan mendorong pekerja untuk bekerja lebih rajin dan efisien karena mereka sadar akan adanya pengawasan yang terus menerus.  Dengan demikian, konsep Panopticon harus meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan hasil dalam berbagai konteks sosial.

Sementara konsep Panopticon menawarkan banyak manfaat yang diinginkan, para kritikus mengatakan itu melanggar privasi dan kebebasan individu. Mereka menunjukkan bahwa pengawasan konstan dapat menciptakan iklim ketakutan, pengawasan otoriter, dan pembatasan privasi individu yang sehat. Selain itu, kekhawatiran tentang penyalahgunaan kekuasaan juga menjadi perhatian yang signifikan dalam konteks Panopticon.

Dalam perkembangan kontemporer, konsep Panopticon masih relevan dalam analisis kekuasaan, kontrol sosial, dan pengawasan dalam masyarakat. Apalagi dengan kemajuan teknologi dan digitalisasi, elemen Panopticon seperti pengawasan elektronik, analisis data, dan pengumpulan informasi pribadi semakin terintegrasi ke dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun