Dasar pemikiran Bentham dalam merancang konsep Panopticon adalah penggunaan pengawasan sebagai sarana untuk mencapai disiplin dan kontrol sosial. Dia berargumen bahwa dengan adanya pengawasan yang konstan dan tidak terlihat, narapidana akan merasa terintimidasi dan selalu waspada terhadap kemungkinan pengawasan. Hal ini akan mendorong mereka untuk mematuhi aturan dan mengontrol perilaku mereka secara mandiri.
Bentham yakin ancaman pengawasan tak terlihat dapat menghasilkan kepatuhan yang lebih besar daripada pengawasan langsung. Konsep Panopticon memanfaatkan kekuatan psikologis ketidakpastian dan ketakutan untuk mencapai tujuan pengawasan yang efektif. Dengan menempatkan narapidana dalam kondisi yang memaksa mereka untuk selalu menganggap dirinya sedang diawasi, Bentham berharap dapat menciptakan kontrol yang tegas atas perilaku mereka.
Pemikiran mendasar Bentham didasarkan pada keyakinannya bahwa masyarakat harus diatur oleh prinsip-prinsip utilitarianisme. Bagi Bentham, penggunaan pengawasan dalam Panopticon merupakan alat yang efektif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan umum dalam masyarakat.
Dalam pandangan Bentham, kontrol sosial yang ketat melalui pengawasan Panopticon adalah tindakan yang diperlukan untuk mencegah kejahatan dan menjaga ketertiban. Dia percaya bahwa dengan menciptakan ketakutan dan ketidakpastian, individu akan memilih untuk menyesuaikan diri dengan aturan dan norma yang ada, karena mereka tidak ingin menghadapi kemungkinan konsekuensi negatif dari ketidaktaatan mereka.
Pemikiran dasar Bentham dalam merancang konsep Panopticon juga terikat pada pemikiran bahwa manusia cenderung bertindak egois dan akan mencari keuntungan pribadi jika diberi kesempatan. Dengan pengawasan terus-menerus dan tidak terlihat, individu tidak akan merasa nyaman untuk melanggar aturan atau terlibat dalam tindakan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Ini karena mereka tidak bisa memprediksi kapan pengawasan akan dilakukan dan apa konsekuensinya.
Konsep Panopticon juga mencerminkan pandangan Bentham tentang kekuasaan dan otoritas. Dia percaya bahwa otoritas yang kuat dan tidak terlihat dapat mencapai kepatuhan yang lebih besar daripada kekerasan atau penggunaan kekuatan secara langsung. Di Panopticon, kekuasaan dimiliki oleh para penjaga menara pengawas, sementara para tahanan berada di bawah pengawasan konstan. Ini menciptakan hierarki yang jelas antara penjaga dan narapidana, di mana penjaga memiliki kendali penuh atas tindakan dan perilaku narapidana.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sementara konsep Panopticon Bentham menekankan pengawasan dan kontrol, itu juga menekankan pentingnya perlakuan yang adil terhadap tahanan. Â Bentham mengusulkan agar narapidana diperlakukan secara manusiawi dan diperlakukan dengan hormat, meskipun mereka terus-menerus diawasi. Dia menekankan kebutuhan untuk menjaga kesejahteraan dan memastikan bahwa narapidana tidak diperlakukan tidak manusiawi dalam sistem Panopticon.
Secara keseluruhan, Bentham merancang konsep Panopticon menggunakan prinsip arsitektural dan kontrol yang dirancang untuk menciptakan pengawasan yang efektif dan tidak terlihat. Â Ia berharap konsep ini akan mempengaruhi perilaku individu dan menciptakan kontrol sosial yang kuat untuk mencapai tujuan utilitarianisme dan menjaga ketertiban sosial.
Bentham melihat potensi penggunaan konsep Panopticon tidak hanya terbatas pada penjara, tetapi juga dapat diterapkan di berbagai institusi dan struktur sosial. Dia mengusulkan agar Panopticon dapat digunakan di institusi pendidikan, pabrik, rumah sakit jiwa, panti jompo, dan bahkan lingkungan perkotaan. Dalam pandangannya, kontrol yang tidak terlihat akan mengarah pada kepatuhan dan disiplin yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Bentham juga melihat potensi konsep Panopticon sebagai alat pemasyarakatan dan pemulihan. Ia berpendapat bahwa dengan pengawasan terus-menerus, narapidana atau individu yang melanggar aturan dapat direformasi dengan pembinaan dan pengawasan yang tepat. Dia percaya bahwa Panopticon dapat menjadi cara untuk memperbaiki perilaku dan membantu individu mengadopsi nilai-nilai yang diinginkan dalam masyarakat.
Namun, konsep Panopticon juga menuai kritik dan kontroversi. Beberapa kritikus berpendapat bahwa konsep ini melanggar privasi dan kebebasan individu. Pengawasan konstan yang dihasilkan oleh Panopticon dapat dilihat sebagai pelanggaran terhadap hak pribadi dan menghancurkan rasa privasi individu.