Menggunakan kaleng roti bekas, dipukul-pukul sambil teriak-teriak "weoh, weoh, weoh" terus diulang-ulang sampai eseg habis suara.Â
Kemudian aku jalan ke sawah waru, ada makam ditengah sawah waru, kondisinya terbengkalai ditumbuhi rumput gulma.Â
Aku menuju makam tersebut, aku bersihkan bagian makam saja sekiat dua meter kali tiga meter, kalau keseluruhan petak kuburan ada tujuh kali sepuluh meter kayaknya.Â
Tidak kuat tenaga ku kalau harus bersihkan semua sendirian, mana rumputnya sudah setinggi badan.
Lain waktu aku semprot pembasmi gulma saja, sekalian kering bakar, kayu juga banyak sisan orang nebang pohon ranting-rantingnya dibiarkan berserakan.Â
Dipetakan tanah kuburan ini ada pohon waru cukup besar, pohon sengon, pohon mahoni, pun kopi dan durian juga ada.Â
Sebenarnya ada beberapa makam tapi sisan satu yang masih ada batu nisannya.Â
Pun yang merawat sudah tidak ada, jadi sepetak tanah tersebut tidak ada yang merawat.Â
Usai aku bersihkan, aku hadiahi fatikhah untuk ahli kubur, dan sejenak aku bacaan sholawat dalailul khoirot khizib sadhisu fi yaumus sabt.Â
Usai aku baca, aku jalan turun dari sawah waru menuju ke sawah balong menyebrangi sungai kedung lengkong.Â
Ketemu pak mataris sedang besik, motongi daun pisang yang sudah tua dan kering biar bersih dan rapih.Â