Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Makam Sawah Waru yang Tidak Terawat

30 Juli 2023   00:29 Diperbarui: 30 Juli 2023   00:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamualaikum, semangat sore Semesta Raya. Sore ini Sabtu 29 Juli 2023 pukul 16:45 WIB, alhamdulillah baru bisa berkencan dengan kompasiana. 

Baru saja aku sampai rumah Simbok, seharian di gubuk, pun tidur siang disana.

Rame siang tadi ada beberapa pemuda dari padukuhan tetangga yang pada bikin es kelapa muda, ngerujak dipinggir kali. 

Cuaca seharian cerah, pun siang sangat terik, ini sore sudah lumayan ada sejuk-sejuknya. 

Biasa aku duduk diteras belakang, kabel colokan aku tarik untuk sambil ngecas hape, ini bukan hand phone, ini colokan phone, kalau tidak nancap colokan mati. 

Pagi usai jamaah, aku pulang dari mushola sudah jam lima lebih seperempat. 


Keluar dari pintu mushola alhamdulillah sudah ada mbah Darmi yang sedang merapihkan sandal. 

Mbah Darmi orangnya suka ngelawak, sambil jalan pulang kami sambil bercanda, pun bersama dengan Simbok ku juga.

Masuk rumah, aku menyunting video YouTube terlebih dahulu, kemudian ganti baju dan pipis, kemudian berkemas jalan ke gubuk. 

Buku, tas kecil dan hape aku bawa, dijalan ketemu bapaknya mas Nur pulang dari mushola. 

Beliu sedang therapy jalan kaki tanpa sandal, sepulang dari mushola sandalnya dijinjing dan jalan pelan-pelan. 

Aku jabat dan cium tangannya sembari aku basa-basi mengajak jalan keliling ke lapangan voli. 

"ho'o jane yo muter sak puteran ae wis mlayan kanggo therapy" jawab beliau."njih mbah, monggo" jawab ku sambil aku jalan. 

Sampai mushola keramat/punden masih ada dua sandal jamaah, aku rapihkan, kemudian langsung kerumah simbah. 

Masuk rumah, simbah di kursi singgasananya sedang ngelinting tembakau. 

Aku jabat dan cium tangannya, kemudian aku nyalakan tipi, biasa TVRI Serambi Islami, tema pagi tadi "memungut rahmat dan keberkahan" 

Rahmat Alloh SWT itu sangat dekat, tinggal peka atau tidak akan clue-clue-Nya dan bagaimana mampu memungutnya. 

Pembicaranya Kyai Kol. SUS. Dr. HM. Kemalsyah, MAg, dengan peci hitam dan seragam militernya yang gagah nan alim. 

Bersama narasumber Dr. Ita Yuanita Skp., M.Kep Dosen UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta. 

"rahmat itu sederhananya adalah kasih sayang Alloh SWT", pun kemampuan seseorang membangun empati itu juga bentuk rahmat dari Alloh SWT. 

Empati tidak tumbuh bersama rasa emosi, terlebih bagi sebagian orang yang dalam pekerjaannya sangat berkaitan erat dengan bentuk empati. 

Seperti dicontohkan tugas perawat, dalam merawat orang sakit harus pandai mengelola emosi. 

Mengontrol diri dan mengendalikan emosinya terlebih dahulu agar tidak terbawa sampai kepada pekerjaan yang bersentuhan langsung dengan pasien. 

Kemampuan diri dalam mengelola emosi ini akan memicu kecerdasan emosional yang kemudian mampu memahami apa yang dirakan dan dibutuhkan oleh pasien. 

Rahmat Alloh SWT itu meliputi segala sesuatu, tak lain kenikmatan berkencan dengan kompasiana ini juga bagian rahmat-Nya. 

Kol. SUS. Dr. HM. Kemalsyah, MAg. Pun Dr. Ita Yuanita Skp., M.Kep memberikan contoh-contoh konkrit dalam ceramahnya di Serambi Islami tadi pagi. 

Pun menuturkan "jika kita sadar setiap detik kita diawasi dan dipantau oleh Alloh SWT, tentu kita akan malu kala berbuat suatu hal yang tidak baik, walau dalam kesendirian" 

Sejatinya malaikat utusan Alloh SWT mengawasi setiap makhluk-Nya, dan apa yang aku lakukan kala sendirian itulah sebenar-benarnya diri ku.

Didalam kesendirian itu jika aku sadar dan merasa bahwa aku diawasi oleh Alloh SWT, tentu aku malu dan takut untuk berbuat maksiat. 

Dari maksiat lisan dengan ucapan dengan apa yang diucapkan, maksiat mata dengan apa yang dilihat, maksiat telinga dengan apa yang didengar, maksiat tangan dengan apa yang dilakukan, maksiat kaki dengan mendukung untuk melangkah dalam kebatilan. 

Masya'alloh, naztaghfirulohal adzim.

Perasaan baru mulai latihan menulis sudah kumandang adzan maghrib saja.

Alhamdulillah, simpat tulisan dan mari rehat, berbuka puasa dan sholat dulu. Barokalloh. 

Alhamdulillah usai tadarus kumandang adzan isya', tapi mungkin aku lanjut nanti agak malam, barusan ada kabar duka.

Paklik ku, anak dari adiknya Simbah ku barusan wafat, usai wudhu mau sholat maghrib pingsan, terus bablas meninggal dunia, Innalillahi wa inna illaihi roji'un. 

Mendadak saja, tidak sakit tidak apa, tiba-tiba Alloh SWT mengutus malaikatul maut untuk menjemput ruhnya. 

Semoga diterima segala amal ibadahnya dan diampuni segala dosanya, pun di berikan tempat terbaik oleh-Nya. Giliran ku kapan ini. Masya'alloh tabarokalloh. 

Alhamdulillah baru saja selesai ikut mengurus jenazah, sedari memandikan sampai menguburkan, ini lagi pada tahlil dirumahnya almarhum paklik Bambang. 

Aku tinggal pulang duluan bersih in badan, aku langsung mandi karena barusan memandikan jenazah, lumayan point sunah. 

Ada tradisi unik, pas aku mulai pikul kerenda ada yang minta untuk berhenti. 

Ternyata ada seseorang yang menggendong anak kecil lewat dibawah kerenda bolak-balik. 

Manyuwok bawah keranda atau mrobos bawah kerenda atau brobosan adalah tradisi Jawa berjalan dibawah keranda jenazah yang sudah diangkat.

Upacara ini dilaksanakan sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman dan dilakukan oleh anak cucu dan sanak keluarga yang ditinggalkan.

Kami sholatkan di masjid, usai sholat tahlil dan langsung ke makam. 

Aku turut masuk liang lahat, aku ditengah samping kanan ada pak Tu'amin dan samping kiri ada pak Syukur. 

Jenazah dikebumikan, semua tali kafan dilepas, bagian muka di buka agar menempel tanah nantinya, kemudian dikasih bantalan tanah yang sudah dikepal-kepal bulat. 

Jenazah sudah sempurna di luang landak kemudian diadzankan oleh pak Tu'amin, dan kemudian ditutup dengan papa kayu dan diurug dengan tanah. 

Usai mengurug kemudian tahlil lagi, tidak ditalqin karena waktu sudah malam. Tabarokalloh. Mohon hadiah fatikhahnya untuk paklik Bambang, alfatihah... 

Lanjut pagi tadi, usai nonton Serambi Islami sekmen akhir do'a turut mengamini, kemudian aku pamit kepada simbah untuk pergi ke gubuk. 

Jalan keluar rumah, ketemu mbak Ita sedang menyapu halaman, kami saling sapa. 

Ketemu pak Dul Khamid sepulang dari mushola ku jabat dan cium tangannya, sembari basa-basi.

Jalan terus sampai jalan setapak, berhenti sejenak menunggu matahari terbit, dan aku dokumentasi, alhamdulillah berhasil tersimpan video beberapa detik. 

Kemudian ada bapak-bapak lewat mau ke rumah pak Muhammad, kami saling sapa. 

Mau dokumentasi matahari lagi malah hape mati, ya sudah lah, jalan menuju gubuk. 

Sunyi, hanya suara burung, jnagkrik, katak, ayam, air dan tiupan angin yang menyentuh dedaunan, sudah selesai semua kuliah subuh. 

Terus berjalan sembari menikmati dingin sentuhan embun dikaki. 

Sampai diturunan jalan setapak, ada dua blarak alias daun pelapah kelapa, aku tarik ku bawa ke gubuk, persediaan untuk obong-obong. 

Aku taruh blarak dihalaman, dan aku masuk gubuk, aku taruh buku dan tas kecil juga hape dan kupluk dan langsung nyemplung ke kali pipis dan wudhu. 

Masuk gubuk lagi, me ruh barang-barang ke lantai atas sekalian ngecas hape dan menyalakan radio, terus tadarus sejenak

Turun dan ambil sabit untuk memotong pelapah blarak dan aku bawa masuk ke pawon, kemudian keteras samping menaruh buku. 

Aku lanjutkan menyiram tanaman sampai sekitar jam delapan, rehat dan mulai baca buku. 

Baca buku sambil corat-coret baru sebagian dan rasa bosan dengan nuansanya muncul tiba-tiba. 

Bergegas aku jalan mencari tempat yang nyaman untuk membaca. 

Aku sekalian bawa sabit dan hape, untuk dokumentasi pesawahan. 

Jalan keutara melewati bantaran Gili wangan sapi alias tanggul aliran irigasi sekitar 300 meter sampai disawah waru. 

Aku dokumentasi sejenak, ada suara orang nggurah manuk emprit alias menakut-nakuti burung pipit yang memakan padi. 

Menggunakan kaleng roti bekas, dipukul-pukul sambil teriak-teriak "weoh, weoh, weoh" terus diulang-ulang sampai eseg habis suara. 

Kemudian aku jalan ke sawah waru, ada makam ditengah sawah waru, kondisinya terbengkalai ditumbuhi rumput gulma. 

Aku menuju makam tersebut, aku bersihkan bagian makam saja sekiat dua meter kali tiga meter, kalau keseluruhan petak kuburan ada tujuh kali sepuluh meter kayaknya. 

Tidak kuat tenaga ku kalau harus bersihkan semua sendirian, mana rumputnya sudah setinggi badan.

Lain waktu aku semprot pembasmi gulma saja, sekalian kering bakar, kayu juga banyak sisan orang nebang pohon ranting-rantingnya dibiarkan berserakan. 

Dipetakan tanah kuburan ini ada pohon waru cukup besar, pohon sengon, pohon mahoni, pun kopi dan durian juga ada. 

Sebenarnya ada beberapa makam tapi sisan satu yang masih ada batu nisannya. 

Pun yang merawat sudah tidak ada, jadi sepetak tanah tersebut tidak ada yang merawat. 

Usai aku bersihkan, aku hadiahi fatikhah untuk ahli kubur, dan sejenak aku bacaan sholawat dalailul khoirot khizib sadhisu fi yaumus sabt. 

Usai aku baca, aku jalan turun dari sawah waru menuju ke sawah balong menyebrangi sungai kedung lengkong. 

Ketemu pak mataris sedang besik, motongi daun pisang yang sudah tua dan kering biar bersih dan rapih. 

Aku samperi beliau, ku jabat dan cium tangannya dan kami malah asyik ngobrol, membahas banyak perkara, cukup lama. 

Pak Mataris pingin ngobrol mulu, aku banyak mendengarkan, dari mulai pengalaman beliau dulu kerja memetik kopi, pun banyak nasihat, wejangan dll. 

"Rasanya waktu sudah cukup siang" batin ku, lihat jam hape ku mati, obrolan dengan pak Mataris segera aku akhiri. 

"wis ndingin njih pak, njenengan terusaken nyambut damele, kulo malah nganggu njenengan niki, njenengan mboten rampung mangkeh nyambut damele" ucapku sambil pamitan. 

"iyo, ah jane isih pingin ndongeng iki" jawab pak Mataris. "ngenjang gampil sambung maleh" sembari ku jabat tangan nya dan aku mulai jalan balik ke gubuk. 

Sampai di gubuk segera aku cas hape, turun dan wudhu, sekitar jam sepuluh aku bergegas sholat dzuha dan mengkodho sholat lima waktu yang dulu aku tinggalkan.

Alhamdulillah usai sholat, hari sangat terik, dan aku malas jalan pulang kerumah Simbok, wal hasil aku tidur siang di gubuk.

Biasa bangun ashar, kurang nyenyak tidur siang ku, setengah tidur terganggu suara orang memotong bambu. 

Tidur lagi, kebangun lagi suara radio tiba-tiba kenceng sendiri, biasa frequensi radio tidak stabil terbawa angin. 

Tidur lagi sampai dengan bangun kumandang adzan ashar, dan bergegas aku nyemplung kali untuk wudhu, kemudian langsung sholat. 

Usai sholat aku jalan balik kerumah Simbok. Dipertigaan jalan setapak dimana pagi aku take video, disitu aku berhenti sejenak memetik cukak. 

Lumayan buat lalapan makan atau di buat sambel.

Lagi memetik ada kang Slamet Kucir datang membawa ramban alias rumput pakan kambing. 

Dia pun berhenti, sambil menyapa dan meletakkan rumputnya sambil mencari tambahan rumput lagi sambil kami ngobrol.

Sampai aku selesai memetik cukak, lumayan satu plastik seukuran bungkus esteh penuh.

Kang Slamet pamit jalan kearah utara, aku juga pamit dan jalan kearah selatan. 

Tak lama ketemu pakde Dul Khamid lagi diteras belakang rumah, sedang benahin motor, sambil nyantai dengan istri dan anaknya. 

Sejenak kami saling sapa dan basa-basi, kemudian aku pamit pulang, kala lewat lapangan voli keselatan jadi tidak melewati rumah simbah. 

Langsung sampai diselipan alias rice mill ketemu lik nasihin sedang nyelip gabah, terus jalan sampai rumah tanpa ada seorang pun yang aku temui. 

Sampai dirumah langsung masuk pawon menaruh seplastik cukak, kemudian ngecas hape dan meletakkan buku dan tas kecil. 

Leyeh-leyeh sejenak sambil buka kompasiana, latihan menulis.

Sampai dengan ini sudah berganti hari berganti tanggal Minggu 30 Juli 2023 pukul 00:17 WIB alhamdulillah selesai. 

Banyak perkara baik dihari ini, siapapun dan apapun yang aku temui terlibat dengan ku semoga semua berkah dan diberkahi. Barokalloh.

Bahkan rumput yang aku injak, nyamuk yang menghisap daerah ku, semut yang mengigit ku, pun semua yang ku terima dengan panca indera juga rasa. 

Salam ku untuk mereka semua, Assalamualaikum warahmatullohi wabarookatuh. 

Sampai disini latihan menulis ku malam ini, dan aku sadar ini sudah besok dan susah pagi dini hari. 

Mungkin terlelap sejenak, mengistirahatkan dzohir batin, semoga nanti bisa bangun jam tiga untuk-Nya. 

Sudah pukul 00:27 WIB, insyaAlloh besok latihan menulis lagi. 

Mohon maaf lahir dan batin atas banyaknya kesalahan. 

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia maju, Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun