Mohon tunggu...
Nadiyatul Kholifah
Nadiyatul Kholifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

semangat pejuang gelar!!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep, Model, dan Metode dalam Evaluasi Pembelajaran

4 Juni 2024   20:39 Diperbarui: 4 Juni 2024   21:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model ini, seperti namanya, mengidentifikasi empat jenis evaluasi:

  • Evaluasi konteks bertujuan untuk memberikan dukungan pada proses perencanaan dengan melakukan penilaian terhadap faktor-faktor lingkungan yang relevan. Ini membantu dalam merumuskan keputusan perencanaan dengan mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program pembelajaran serta menetapkan tujuan yang jelas untuk program tersebut.
  • Evaluasi masukan bertujuan untuk mendukung keputusan struktural. Ini melibatkan penilaian terhadap masukan yang membantu dalam menyusun keputusan. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengarahkan pengambilan keputusan dengan mengidentifikasi sumber daya yang tersedia, memilih opsi yang tepat, merencanakan strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan menyiapkan langkah-langkah kerja yang diperlukan.
  • Evaluasi proses bertujuan untuk mendukung keputusan implementasi. Ini melibatkan penilaian terhadap proses yang membantu dalam pelaksanaan keputusan. Tujuannya adalah untuk memverifikasi pelaksanaan rencana sesuai prosedur yang telah ditetapkan, menilai kinerja yang telah dilakukan, serta mengidentifikasi area yang memerlukan peningkatan.
  • Evaluasi produk bertujuan untuk mendukung keputusan pengembalian. Ini melibatkan penilaian terhadap produk yang membantu dalam pengambilan keputusan lanjutan. Tujuan evaluasi ini adalah untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai oleh program dan menentukan tindakan yang perlu diambil setelah program berakhir.

g) Model Kesenjangan (Discrepancy) Malcolm Provus

Model ini meyakini bahwa untuk mengevaluasi kesuksesan suatu program, evaluator dapat membandingkan ekspektasi atau standar yang diharapkan dengan kinerja aktual yang telah dicapai. Dengan demikian, kita dapat mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan antara keduanya, yang sering disebut sebagai kesenjangan (discrepancy). Dari sudut pandang ini, model tersebut lebih berfokus pada identifikasi kesenjangan antara standar yang telah ditetapkan sebagai tujuan dan kinerja yang sebenarnya. Hal ini memungkinkan untuk secara objektif menilai apakah suatu program pembelajaran layak untuk dilanjutkan, dihentikan, atau memerlukan perbaikan untuk meningkatkan kinerjanya.

Menurut pandangan Suharsimi Arikunto, model kesenjangan ini melibatkan beberapa langkah, yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Tahap perancangan: Dalam tahap ini, langkah-langkah meliputi pengembangan tujuan program, persiapan siswa, staf, dan peralatan yang diperlukan, serta penentuan standar yang dapat diukur. Biasanya, evaluator bekerja sama dengan pengembang program dalam fase ini.

2) Tahap pemasangan atau instalasi melibatkan peninjauan terhadap kelengkapan yang telah dipersiapkan untuk memastikan kesesuaiannya dengan kebutuhan yang ada. Kegiatan ini mencakup evaluasi ulang terhadap standar yang telah ditetapkan, penilaian terhadap kemajuan program yang sedang berlangsung, serta identifikasi kesenjangan antara rencana dan pencapaian yang telah terjadi.

3) Tahap proses, yang juga dikenal sebagai tahap pengumpulan data dari pelaksanaan program oleh Borg dan Gall, melibatkan evaluasi terhadap pencapaian tujuan dengan menggunakan kesenjangan sebagai acuan.

4) Tahap evaluasi tujuan (produk) melibatkan analisis data dan penilaian terhadap tingkat pencapaian yang telah tercapai.

Pada tahap perbandingan, evaluator membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi mengenai perbedaan tersebut kemudian disampaikan kepada para pengambil keputusan untuk membantu mereka dalam menentukan langkah selanjutnya terkait program tersebut. Tindakan selanjutnya bisa berupa penghentian, penggantian, atau revisi program, melanjutkan program, atau menyesuaikan tujuannya.

Dengan menerapkan prosedur tersebut, evaluator dapat menentukan apakah program pembelajaran telah mencapai sasaran yang ditetapkan atau belum. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan seberapa baik peserta didik dalam mencapai tujuan tersebut melalui kinerja mereka.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap model evaluasi memiliki pendekatan, tujuan, dan prosedur yang unik dalam menilai keberhasilan program pendidikan. Model kuantitatif lebih terstruktur dan berbasis data numerik, sedangkan model kualitatif lebih fleksibel dan interpretatif. Pemilihan model evaluasi bergantung pada tujuan evaluasi dan konteks program yang dievaluasi. Dengan memahami berbagai model evaluasi ini, pendidik dan evaluator dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan evaluasi mereka, baik itu kuantitatif atau kualitatif, serta menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat dan berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun