Michael Scriven, selain mengembangkan model "evaluasi terlepas dari tujuan," juga menciptakan model lain yang dikenal sebagai model formatif-sumatif. Model ini menjelaskan dua tahap evaluasi yang berbeda dalam cakupan objek evaluasi. Tahap awal adalah evaluasi yang terjadi selama pelaksanaan program, yang disebut evaluasi formatif. Tahap kedua adalah evaluasi yang dilakukan setelah program selesai, dikenal sebagai evaluasi sumatif. Berbeda dengan model sebelumnya, dalam model ini, evaluator tidak dapat mengabaikan tujuan evaluasi. Meskipun demikian, tujuan dari evaluasi formatif dan sumatif tetap berbeda.
Dalam konteks pendidikan, model yang dikembangkan oleh Michael Scriven menekankan pada pertanyaan tentang kebutuhan, waktu, dan tujuan evaluasi. Evaluasi formatif adalah tipe evaluasi yang dilakukan selama implementasi program untuk mengevaluasi kemajuan dan mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul. Dengan mengidentifikasi rintangan dan faktor-faktor yang menghambat kemajuan program, keputusan dapat diambil pada tahap awal untuk melakukan perbaikan yang diperlukan demi mencapai tujuan program dengan lebih efektif.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dengan tujuan menilai kesuksesan program secara keseluruhan. Evaluasi sumatif dalam konteks pembelajaran bertujuan untuk menentukan posisi individu dalam kelompok tersebut. Karena evaluasi formatif dan sumatif dilakukan pada waktu dan objek yang berbeda, cakupan evaluasi yang dilakukan juga berbeda.
d) Countenance Evaluation Model
Stake mengembangkan model ini yang menitikberatkan pada dua aspek krusial, yakni deskripsi dan refleksi. Model ini juga membagi evaluasi program menjadi tiga tahap, yaitu awal, proses, dan hasil. Jika model countenance diterapkan dalam konteks evaluasi pembelajaran, dapat dijelaskan sebagai berikut:Â
- Rasional: Ini menunjukkan urgensi evaluasi pembelajaran sebagai konsep yang esensial dalam bidang pendidikan.
- Antesedan: Ini mengacu pada faktor-faktor yang mendorong kebutuhan akan Penilaian pembelajaran, termasuk motivasi, ketertarikan, dan faktor-faktor lainnya.
- Transaksi: Ini mencerminkan interaksi saling memengaruhi Interaksi antara pendidik dan pelajar, juga di antara sesama pelajar, dalam kerangka penilaian pembelajaran.
- Hasil: Ini merujuk pada output yang dihasilkan dari proses evaluasi pembelajaran, meliputi Pengetahuan, kemampuan, sikap, dan pencapaian akademik.
- Pertimbangan: Ini melibatkan evaluasi terhadap cara dan langkah-langkah yang digunakan dalam menjalankan penilaian pembelajaran.
- Tujuan: Ini mengukuhkan tujuan atau pencapaian yang diharapkan melalui pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
- Pengamatan: Ini mencakup hal-hal yang diamati dan diperhatikan oleh pengamat selama proses evaluasi pembelajaran.
- Standar: Ini mengacu pada standar atau harapan dari berbagai pihak yang terlibat dalam konteks evaluasi pembelajaran.
- Keputusan: Ini melibatkan penilaian terhadap program pembelajaran, baik yang dilakukan oleh evaluator maupun oleh pihak lain yang terlibat dalam proses evaluasi.
Stake menekankan bahwa dalam mengevaluasi program pendidikan, evaluator harus melakukan dua perbandingan yang tak dapat dihindari:
- Mengadu hasil evaluasi dari suatu program dengan program sejenis yang bertujuan serupa.
- Membandingkan pencapaian implementasi program dengan standar yang telah ditetapkan untuk program tersebut, yang berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai.
e) Model Responsif
Model responsif menekankan pendekatan kualitatif-naturalistik, di mana evaluasi dianggap bukan sesuatu yang dapat diukur secara pasti, tetapi sebagai interpretasi makna atau representasi realitas dengan mempertimbangkan beragam sudut pandang dari individu yang terlibat, memiliki kepentingan, dan tertarik dengan proses pembelajaran. Tujuan menggunakan model responsif dalam evaluasi adalah untuk memahami semua aspek program pembelajaran dari berbagai perspektif. Dalam pendekatannya, model ini kurang memperhatikan elemen kuantitatif. Instrumen yang biasanya digunakan lebih menekankan pada observasi langsung atau tidak langsung dengan interpretasi data yang bersifat impresionistik. Langkah-langkah evaluasi mencakup observasi, pencatatan hasil wawancara, pengumpulan data, pemeriksaan pengetahuan awal peserta didik, dan pengembangan desain atau model. Melalui langkah-langkah ini, evaluator berusaha merespons individu yang terlibat dalam hasil evaluasi. Namun, aspek yang paling penting dalam model responsif adalah proses pengumpulan dan sintesis data.
f) CIPP (Context Input Process Product)
Model CIPP, yang dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam dan timnya di Ohio State University pada tahun 1967, adalah salah satu model evaluasi yang sangat relevan dalam konteks evaluasi program. CIPP merupakan singkatan dari empat komponen evaluasi: Konteks (penilaian terhadap latar belakang), Masukan (penilaian terhadap input), Proses (penilaian terhadap proses), dan Produk (penilaian terhadap hasil).
Model CIPP tidak secara eksplisit menekankan tujuan program. Sesuai dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan oleh komite Phi Delta Kappa USA yang dipimpin oleh Stufflebeam, model ini melihat evaluasi sebagai proses untuk menggambarkan pencapaian dan memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan alternatif. Model CIPP dirancang untuk menyediakan dasar bagi pengambilan keputusan dalam mengevaluasi sistem dengan menganalisis perubahan yang direncanakan.