"untuk surti, istriku"
"romantis juga rupanya kau bang" ucap seorang rekan tersebut dengan nada mengejek dan kemudian mereka tertaw
"bukan masalah romantis bang, aku takut jika nanti aku tidak dapat kembali kerumah dan bertemu dengan keluargaku setidaknya mereka masih memiliki kenang - kenangan yang dapat mereka simpan"
"bicara apalah kau ini, memangnya kau mau kemana?"
"bisa saja aku pergi ke negeri antah berantah bang, atau keberadaanku tercium juga oleh "mereka"
"tenang sajalah, kau aman disini"
"tidak ada yang tahu nasib kita bang, bisa saja semua kemungkinan itu akan terjadi"
"coba kau bacakan surat itu, aku penasaran ingin tahu isinya"
Kalimantan, 11 april 1998
Teruntuk surti, istriku tercinta
Surti maafkan aku karena aku selalu meninggalkanmu dan anak - anak kita ditengah rasa risau sebab "mereka" selalu datang kerumah dan menjadi momok menakutkan bagi kau dan anak - anak. Pertanyaan demi pertanyaan mereka lontarkan kepada kalian setiap harinya dan aku tahu itu pasti sangat mengganggu ketenangan kalian. Tapi surtiku sayang, aku melakukan ini semua utuk kebaikan bangsa sebab aku sudah terlalu muak dengan maraknya KKN di negara kita ini, aku sudah muak jika suaraku harus terus dibungkam. Kita berhak mengutarakan pendapat kita jika dirasa itu benar namun sebaliknya kita justru dianggap berbahaya dan mengganggu ketertiban. Surti, aku pun tahu jingga dan rimba mesti sering bertanya tentang keberadaanku dan aku percaya padamu bahwa kau dapat menjelaskan kepada mereka dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna oleh anak sesuia mereka.